English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translete Menu
Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info

-Total Readers-

Don't Be a Silent Readers, Put Your Comment Here :)

Senin, 02 Januari 2012

The Seven Light Chapter 5

.
.
.
Disclaimer:
Naruto dengan karakter-karakternya milik Tuan Masashi Kishimoto
.
.
The Seven Light milik saya aka Tania Namikaze
(AU, sedikit OOC, mungkin ada typo, dll)
.
.
Summary:
Setelah setahun menghilang, The Seven Light akhirnya kembali. Organisasi yang berisikan tujuh orang berbakat dengan satu pemimpin itu mulai melakukan pembunuhan yang tidak jelas tujuannya. Apa yang akan terjadi pada organisasi ini jika anggotanya mulai berpikiran untuk melenyapkan organisasi tersebut?
.
.
.
Chapter Sebelumnya:
.
.
.
"Begini, ini soal tugas yang kubebankan padamu. Aku ingin kita membicarakannya nanti malam sekitar pukul delapan malam. Kau bisa datang?" suara di seberang telepon mulai terdengar serius.
"Ya, aku bisa datang. Tempatnya di mana?"
"Di Hotel Kaito, kamar nomor 21 lantai lima belas,"
"Oh, baiklah. Kalau hanya itu, sekarang teleponnya aku tutup,"
"Ehh..tunggu, tunggu, tunggu dulu, Shikamaru. Satu hal lagi," cegah suara di telepon.
"Ada apa lagi," kali ini, Shikamaru sudah benar-benar kesal dengan orang yang sedang dia ajak berbicara melalui telepon.
"Nanti malam, aku juga akan menyuruhnya datang. Kuharap kalian berdua bisa bekerjasama seperti yang kalian lakukan dalam organisasi lakn*t tersebut. Sampai jumpa," orang di seberang telepon itu menutup telepon secara tiba-tiba.
"Dasar! Seenaknya saja dia," keluh Shikamaru untuk yang kesekian kalinya.
'Dengan begini, dia akan mengetahui bahwa aku dan dia berada pada posisi yang sama. Bekerja dengan orang yang sama dan memiliki tujuan yang sama pula,' batin Shikamaru.
.
.
.
Chapter 5
"Bagaimana Yahiko? Apa dia bisa datang?" tanya seorang perempuan berambut keunguan yang sedang membawa nampan berisi dua cangkir kopi dan satu cangkir teh hangat dengan uap yang masih mengepul dari ketiga cangkir tersebut.
"Ya, dia bisa datang. Kau tenang saja, Konan," sahut seseorang berambut oranye yang sedang duduk di atas sofa.
"Baguslah kalau begitu," perempuan bernama Konan itu segera meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja yang ada di depan sofa yang diduduki Yahiko dan ia pun segera mengambil tempat duduk di sebelah Yahiko.
"Cih! Kenapa dia tidak mengangkat teleponku," terdengar suara seseorang yang duduk di depan Yahiko dan Konan.
"Kenapa Nagato?" tanya Yahiko kepada sahabatnya itu.
"Naruto tidak mengangkat teleponmu?" tebak Konan.
"Iya. Sebenarnya anak itu kenapa sih? Tumben-tumbennya tidak mengangkat teleponku. Sudah beberapa kali aku hubungi tapi yang selalu menjawab pasti suara perempuan yang selalu mengatakan hal aneh-aneh," gerutunya.
"Hahaha..ini pertama kalinya aku mendengarmu berbicara dengan gaya seperti itu, Nagato..hahaha.." tanggap Yahiko disertai dengan tawa.
"Hentikan Yahiko! Jangan tertawa terus!" Konan pun memukul bahu orang yang duduk di sebelahnya itu guna meredam suara tawanya agar tidak terdengar oleh tamu hotel yang lain.
Sedangkan Nagato tidak menanggapi perkataan Yahiko, dia masih saja sibuk untuk menghubungi juniornya di FBI itu.
"Jika tidak bisa, coba saja hubungi orang tuanya. Jangan-jangan terjadi sesuatu pada Naruto," saran Konan.
"Apa tidak apa-apa menghubungi Senior Minato dan Kushina di saat seperti ini?" Yahiko tidak terlalu menyetujui saran wanita di sebelahnya.
"Kurasa tidak apa-apa. Lagipula, mereka berdua itu dulu senior kita di FBI. Dan lagi, merekalah yang membuat kita terpaksa ikut campur dalam urusan organisasi The Seven Light ini,"
"Baiklah, aku akan coba menghubungi mereka," Nagato pun segera menghubungi mantan seniornya di FBI itu.
Yahiko, Nagato dan Konan adalah anggota FBI yang berasal dari Konoha. Mereka bertiga ini bersahabat sejak kecil dan semenjak masuk ke FBI, mereka bertiga tidak pernah terpisahkan. Mereka selalu saja mendapat tugas yang sama dan tugas tersebut selalu dijalankan dengan sangat baik, sehingga membuat ketua FBI menaruh kepercayaan besar kepada mereka bertiga. Seperti sekarang ini, mereka sedang menjalankan suatu tugas dan yang meminta mereka untuk mengerjakan tugas ini adalah mantan seniornya di FBI yaitu Minato Namikaze dan Kushina Uzumaki atau lebih tepatnya dikatakan Kushina Namikaze. Karena urusan itulah, sekarang mereka berada di Hotel Kaito kamar 21 lantai lima belas. Nagato sendiri sedang menunggu seseorang untuk mengangkat telepon darinya.
"Selamat pagi, dengan Kushina Namikaze di sini. Ada yang bisa saya bantu?" terdengar seorang perempuan yang mengangkat telepon dari Nagato dengan nada khas keibuannya.
"Ah, Senior Kushina. Ini saya, Nagato. Saya rasa tadi saya menghubungi Senior Minato, kenapa yang menjawab Senior Kushina?"
"Ohh..itu. Minato sekarang sedang menyetir mobil karena itu aku yang mengangkatnya. Memangnya ada apa, Nagato? Tumben kau menghubungi kami? Apa ada masalah dengan tugas yang kami bebankan pada kalian?"
"Bukan itu. Hanya saja, saya ingin menanyakan soal Naruto kepada Senior. Sejak tadi, saya sudah berusaha menghubunginya tapi tidak ada jawaban darinya. Apa terjadi sesuatu dengannya? Padahal nanti malam, kami akan mengadakan rapat untuk membahas masalah organisasi Seven Light itu," terang Nagato panjang lebar.
"Sepertinya masalahmu sama dengan masalah kami. Kami berdua juga sejak tadi berusaha menghubungi Naruto tapi dia tidak mau mengangkat teleponnya. Dan lagi, tadi Isaribi, pembantu di rumah kami sempat menghubungi kami dan mengatakan bahwa Naruto tidak mau keluar kamar sejak tadi pagi dan sekarang dia tidak pergi ke sekolah. Karena itu, sekarang kami sedang berada di jalan menuju rumah," terang suara di seberang telepon.
"Hah? Apa terjadi sesuatu dengannya?" kali ini, terdengar sangat jelas kekhawatiran dari gaya bicara Nagato. Sudah pasti dia merasa sangat khawatir terhadap Naruto. Dia sudah mengenal Naruto sejak Naruto lahir dan dia sudah menganggap Naruto sebagai adik kandungnya sendiri sama seperti Yahiko dan Konan yang juga sudah menganggap Naruto sebagai adik mereka sendiri.
Melihat Nagato berwajah khawatir seperti itu, Yahiko dan Konan pun mengerutkan kening mereka. Mereka berdua merasakan sesuatu yang tidak mengenakan dalam hati mereka masing-masing.
"Sepertinya ini ada hubungannya dengan tugas yang diberikan oleh Kakashi tersebut. Bukan! Bukan oleh Kakashi! Lebih tepatnya dikatakan oleh 'orang yang memerintah Kakashi'," sahut wanita dari seberang telepon dengan nada menyesal yang sangat kentara terdengar oleh Nagato.
"Tugas apa yang ia jalankan?" Nagato diam sejenak. "Jangan-jangan dia.."
.
(o^o)
.
"Aku..bodoh..aku..pen..jahat..aku..pem..bunuh..seharusnya..hah..aku..mati saja," gumam seorang pemuda berambut pirang dengan gemetar.
Pemuda itu adalah Naruto Namikaze. Dia sekarang sedang berada di kamarnya tepatnya di dalam kamar mandi pribadinya yang letaknya di dalam kamarnya. Sejak malam, dia terus berada di situ sambil terus mengguyur dirinya sendiri dengan air shower.
Sekarang, dari ujung kepalanya hingga ujung kakinya telah basah seluruhnya. Bahkan baju hitam dan celana panjang berwarna oranyenya juga ikut basah karena terus dihujani oleh air dingin yang berasal dari air shower di kamar mandi pemuda berumur enam belas tahun tersebut.
Dia terus saja terduduk di sudut kamar mandinya sambil bergumam yang tidak jelas. Sekarang bibirnya pun sudah berubah warna menjadi kebiruan dengantubuh yang gemetaran. Tapi, dia sama sekali tidak berniat untuk beranjak dari tempat tersebut. Walaupun, sebenarnya sejak tadi dia sudah mendengar pembantunya dan juga penjaga rumahnya memanggil-manggil namanya untuk segera keluar dari kamarnya. Tapi, dia berusaha untuk tidak menanggapinya. Yang ada dipikirannya sekarang hanya tentang dirinya yang bodoh.
"Kena..pa aku bisa se..bodoh ini? Kenapa a..ku bisa-bisanya mem..percayai me..reka?" gumamnya lagi. Kali ini pikirannya melayang kembali pada kejadian beberapa minggu yang lalu.
FLASHBACK
"Naruto, selamat ya. Mama dengar kamu berhasil menjadi anggota FBI," tiba-tiba Kushina memeluk putranya yang baru saja pulang dari sekolah.
"Mama, lepasin. Aku se..sak,"
"Ah! Iya, iya. Maaf," Kushina segera melepas pelukannya.
"Tapi, Mama benar kan? Kamu berhasil menjadi anggota FBI?" lanjut Kushina
"Iya, Ma. Ngomong-ngomong Mama mengetahuinya dari mana?" tanya Naruto.
"Mama diberitahu oleh pimpinan FBI saat ini. Dulu, dia adalah teman seangkatan Mama dan Papa saat kami masih menjadi anggota FBI," terang Kushina kepada anak semata wayangnya tersebut.
"Memang benar aku sudah menjadi anggota FBI. Tapi, aku akan mulai bertugas di luar saat umurku sudah dua puluh tahun. Untuk saat ini, aku hanya bertugas di Konoha dulu," jelas Naruto sembari meletakkan ranselnya di atas sofa dan duduk di salah satu sofa.
"Ma, kapan Mama pulang dari Iwa?" lanjut Naruto sembari membuka dasi seragamnya.
"Baru saja," sahut Kushina sambil membantu anaknya untuk melepas dasi seragamnya.
"Naruto, selamat. Kamu memang anak Papa dan Mama," terdengar suara seseorang laki-laki dari belakang mereka berdua.
"Papa?" teriak Naruto girang karena sudah dua minggu dia tidak bertemu dengan papanya yang sibuk mengurusi perusahaan yang ada di Ame.
Minato segera duduk di salah satu sofa tunggal yang letaknya di hadapan Naruto sedangkan Kushina duduk di sebelah Naruto.
"Tadi, Papa sudah menghubungi ketua divisimu di FBI. Dia sudah memberi izin kepadamu untuk menjalankan tugas yang akan Papa berikan kepadamu," ucap Minato tiba-tiba.
"Hah? Tugas? Aku kan baru saja menjadi anggota FBI. Kenapa tiba-tiba sudah mendapat tugas. Tugasnya dari Papa lagi? Masa klien pertamaku, Papa sih? Hahaha.." tanggap Naruto disertai dengan tawa.
"Naruto, berhenti tertawa. Papamu serius, dengarkan dia baik-baik," kali ini, Kushina yang berbicara.
"Ya, baiklah," sahut Naruto santai. "Lalu, tugasnya apa?" lanjut Naruto.
"Tugasmu adalah untuk mencari tahu siapa sebenarnya ketua dari oraganisasi The Seven Light,"
"Hah? Papa bercanda ya? Sudah jelas kan, ketuanya itu Kakashi. Papa dan Mama kan juga anggota dari organisasi itu setahun yang lalu sama sepertiku,"
"Kamu salah, Naruto. Sekarang Papa tanya, kenapa setahun yang lalu kamu mau bergabung dengan organisasi The Seven Light tersebut?" tanya Minato dengan raut wajah serius.
Mendengar pertanyaan Minato, tiba-tiba saja Naruto merasa aneh. Dia sendiri merasa heran pada dirinya sendiri. Dia sendiri bingung harus menjawab apa.
"Itu..itu karena pada saat Kakashi menyuruhku bergabung, ia mengatakan 'mereka berempat' juga ikut dalam organisasi itu. Karena itulah akhirnya aku mau bergabung," sahut Naruto dengan suara yang sangat kecil tapi masih bisa terdengar oleh Minato dan Kushina.
"Sudah kuduga, alasannya pasti karena itu. Kamu dan keempat temanmu sudah bersahabat sejak kalian masih sangat kecil. Papa rasa pimpinan Kakashi itu mengetahui hal tersebut dan dia berusaha untuk memanfaatkannya sebaik mungkin," ucap Minato.
"Pasti keempat temanmu itu memiliki penyebab yang sama kenapa pada saat itu mereka mau bergabung dengan organisasi itu. Benar kan?" tambah Minato.
"Mungkin saja," hanya itulah yang mampu dijawab oleh Naruto. Dia menjawabnya sambil menundukkan kepalanya.
"Lalu, mengapa Papa dan Mama mau bergabung dengan organisasi itu?" kali ini, Naruto dengan berani menatap mata biru milik Minato.
"Itu karena Papa dan Mama mendapat tugas dari FBI untuk menyelidiki siapa sebenarnya pimpinan Kakashi," sahut Kushina dengan lembut.
Memang benar, Minato dan Kushina adalah anggota FBI. Sebelum mereka mengundurkan diri dari FBI, mereka mendapat tugas untuk menyelidiki siapa sebenarnya pimpinan Kakashi yang sudah berkali-kali mengancam pemimpin Iwa. Pada saat itu, pemimpin Iwa menerima pesan yang berisikan bahwa pimpinan Kakashi tersebut akan membentuk sebuah organisasi. Karena itulah, Minato dan Kushina berusaha agar mereka bisa direkrut ke dalam organisasi tersebut. Tapi, setelah mereka bergabung setahun yang lalu, mereka belum mendapatkan petunjuk tentang siapa sebenarnya pimpinan Kakashi tersebut.
"Jadi karena itu,"
"Dan sekarang bagaimana keputusanmu, apa kamu mau mengambil tugas ini?" tanya Minato kepada putra semata wayangnya tersebut.
"Hh..baiklah. Kalau begitu, sekarang apa yang harus aku lakukan?"
"Kamu hanya perlu bergabung dengan organisasi itu kembali, kudengar Kakashi akan menyatukan kembali organisasi itu, kamu sudah mendapat pesan darinya, bukan?" tanya Minato yang hanya dijawab dengan anggukan saja oleh Naruto.
"Mama dan Papa juga akan ikut bergabung, kami juga akan membantumu untuk menyelidiki orang yang memimpin Kakashi," celoteh Kushina tiba-tiba.
"Tapi sebenarnya, aku tidak ingin bergabung kembali dengan organisasi itu. Aku tidak mau berbuat kejahatan kembali. Memang benar, hal yang kita lakukan setahun yang lalu itu untuk membantu masyarakat kurang mampu. Tapi, itu tetap saja namanya mencuri, sebuah tindak kejahatan. Aku takut kali ini, dia menyuruh kita untuk melakukan hal yang lebih buruk seperti mambunuh," ucap Naruto dengan mengecilkan kata terakhir yang ia ucapkan.
"Ya, Mama paham dengan perasaanmu itu. Tapi, Mama dan Papa akan berusaha menjauhkanmu dari tugas yang seperti itu. Karena itu, Mama mohon kamu mau menerima tugas ini,"
"Tapi, Ma-" belum selesai Naruto berbicara, Minato memotongnya.
"Papa dengar Hinata bergabung kembali dengan organisasi itu,"
Mendengar pernyataan Minato yang tiba-tiba, Naruto menjadi berpikir untuk ikut bergabung dengan Papa dan Mamanya.
"Hh..baiklah, aku akan menerima tugas ini dengan senang hati," sahut Naruto disertai dengan cengiran khasnya.
"Satu lagi, kamu akan bertugas dengan dibantu oleh tiga seniormu di FBI. Mereka itu, Nagato, Yahiko dan Konan," ucap Minato setelah mendengar persetujuan dari anaknya.
"Haahh..dibantu mereka?" tanggap Naruto dengan mulut setengah terbuka.
"Reaksimu terlalu berlebihan Naruto,"
"Yah, mau bagaimana lagi. Ini kan tugas, jadi harus kuterima semua orang yang menjadi rekanku. Aku juga sudah mengenal mereka sejak kecil," akhirnya, Naruto pun menyetujuinya.
"Mama dan Papa juga akan selalu berusaha menjauhkanmu dari kegiatan yang berhubungan dengan nyawa seseorang. Mama tahu, kamu sangat takut dengan hal yang berbau pembunuhan,"
"Iya, aku percaya dengan kalian berdua,"
END OF FLASHBACK
"Aarghh..apa yang aku pikirkan, kenapa aku memikirkannya kembali?" teriak Naruto frustasi sambil mengacak-ngacak rambutnya yang basah.
"Seharusnya aku bisa menjalankan tugas ini dengan penuh tanggung jawab, bukannya mengeluh seperti ini," ucapnya lagi.
"Sebaiknya aku segera mengganti baju," ia segera bangkit dari posisi duduknya dan segera mematikan shower di dalam kamar mandinya.
Naruto segera melangkahkan kakinya keluar kamar mandi dan segera menuju kamarnya untuk mengeringkan tubuh dan rambutnya.
Usai mengganti baju, dia segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang berwarna oranye. Dialihkannya pandangannya ke arah kanan guna melihat handphonenya dan ia segera meraih alat komunikasi pribadinya tersebut.
'Ada pesan?' gumamnya. Dan Naruto pun segera memencet salah satu tombol handphonenya dan muncullah sebuah pesan dari monitornya,
Sejak tadi, aku sudah menghubungimu. Tapi, kau tidak mau mengangkatnya. Sebenarnya kau kenapa? Aku hanya ingin memberitahumu, nanti kita ada rapat. Sebaiknya kau segera bersiap-siap, aku akan menjemputmu jam setengah delapan malam. Nanti, aku juga akan mengenalkanmu dengan salah satu rekan kita yang lain. Tapi, sebenarnya kau pun sudah mengenalnya, hanya saja kau tidak memgetahuinya saja. Sampai jumpa..
Dari: Nagato
"Kak Nagato selalu berbicara dengan berbelit-belit, lagipula ini maksudnya apa? Rekan? Yang sudah aku kenal? Aku tidak menyadarinya? Menyadari apa?" ucapnya tidak jelas. Naruto pun segera menjawab pesan dari seniornya itu.
.
(o^o)
.
"Jadi begitu kejadiannya, saya sudah menduganya,"
"Ya, kami tahu. Kamilah yang salah, sudah melibatkannya ke dalam masalah ini," terdengar suara seorang perempuan dari seberang telepon.
"Jangan berpikiran seperti itu, Senior. Sebaiknya sekarang, Senior segera menenangkannya sebelum dia melakukan hal yang tidak-tidak. Tadi, saya sudah mengirimkan pesan kepadanya bahwa nanti malam akan ada rapat. Nanti, biar saya saja yang menjemputnya," ucap Nagato.
"Baiklah. Kalau begitu sampai jumpa," Kushina segera memutuskan sambungan telepon tersebut.
"Sampai jumpa," Nagato segera meletakkan handphonenya di dalam saku celana panjangnya.
"Apa yang terjadi padanya?" Konan nampak sangat khawatir.
"Seperti yang kau pikirkan. Dia mendapat tugas dari Kakashi yang membuatnya tertekan. Kata Senior, sejak tadi pagi dia tidak mau keluar kamar," sahut Nagato.
"Kasihan dia, hatinya masih sangat rapuh," tanggap Yahiko.
Drrt! Drrt!
Tiba-tiba saja, handphone milik Nagato bergetar yang menandakan bahwa ada pesan yang harus segera dibaca oleh si pemilik handphone tersebut.
Nagato segera membuka pesan tersebut,
Ya, aku akan datang. Kakak harus menjemputku tepat waktu. Kakak tahu? Sekarang kepalaku sangat pusing gara-gara air shower di kamar mandiku..hahaha..Kakak mengerti maksudku kan? Kakak tidak usah mengkhawatirkanku. Aku sudah tidak apa-apa :D
From: Naruto N.
"Dari siapa Nagato?" tanya Yahiko.
"Dari Naruto. Dia bilang dia sudah tidak apa-apa lagi. Dan kurasa sejak semalam dia terus mengguyur dirinya sendiri dengan air shower di kamar mandinya,"
"Anak itu, ada-ada saja yang ia perbuat. Nanti, kalau sakit pasti merepotkan kita juga, haahh.." Yahiko hanya bisa menghela napas.
"Oh ya Konan, kau sudah mengirim pesan ke mereka?" kali ini, Yahiko mengalihkan pandangannya ke wanita yang ada di sebelahnya.
"Sudah,"
"Bagaimana tanggapan mereka?"
"Mereka akan membantu kita. Tapi, mereka mengajukan sebuah syarat,"
"Hh, sebenarnya mau mereka apa sih? Seharusnya mereka bersyukur karena kita mau mengajak mereka untuk bekerjasama. Tapi, mereka malah mengajukan syarat," muka Yahiko sudah terlihat sangat kesal.
"Tenanglah, Yahiko," Nagato berusaha menenangkan orang di hadapannya itu. "Lalu, mereka mengajukan syarat apa?" lanjut Nagato.
.
(o^o)
.
"Neji, kau sudah mengirimkan pesan kita pada mereka?"
"Sudah kukirim, Komandan,"
"Kau sudah menghubungi Hana, Kiba dan Shizune?"
"Ya, sudah,"
"Baguslah. Sekarang, sebaiknya kau pulang. Bersiap-siaplah untuk nanti malam," perintah Komandan kepolisian tersebut yang bernama Itachi.
.
(o^o)
.
"Jadi, mereka mengajukan syarat seperti itu?"
"Sebaiknya turuti saja, itu akan lebih mudah. Kau tahu kan, kita sedang kekurangan orang," saran Nagato.
"Ya, baiklah," akhirnya Yahiko menyetujuinya juga.
.
.
.
Chapter 5 -end-

0 komentar:

Posting Komentar

Cara mudah berkomentar:
1. Isi kolom komentar
2. Pilih berkomentar sebagai anonymous
3. Publikasikan
:)
put u'r comment here.