English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translete Menu
Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info

-Total Readers-

Don't Be a Silent Readers, Put Your Comment Here :)

Selasa, 31 Januari 2012

How the chronology of your death? -Chapter 1-

Author: CrimsonDevil D. ShinSen Hanero

SMU Seireitei. SMU terkenal dan paling berpengaruh se-daerah Kanto. Tak sembarangan orang bisa masuk kemari. Tak hanya bermodalkan otak, mereka juga harus memiliki tampang dan skill yang mendukung. Dan di pagi yang cerah ini, dibawah langit musim semi yang menyegarkan, dimana burung-burung berterbangan dengan bebas di angkasa, terlihat para siwa SMU Seireitei satu per satu berdatangan. Dan terlihat pula dua orang siswi yang bisa dikatakan 2 dari 5 pelajar paling berpengaruh di SMU itu datang. Mereka berjalan bersama untuk masuk ke pintu utama gedung sekolah. Saat mereka berjalan melewati lorong utama menuju tangga, mereka melihat keramaian yang berpusat didepan papan pengumuman. Tentu mereka berdua penasaran dengan pengumuman yang terpampang di papan itu.
"Ada apa ini?" tanya Inoue, satu dari dua siswi yang baru dibicarakan tadi. Dia tak bisa membaca pengumuman itu karena ramai.
"Aah, ramai sekali, tak bisa baca. Kuchiki-san, bacanya nanti saja, yu-… Eeeh? Kuchiki-san mana?" Inoue pun terkejut melihat wanita yang tadi ada disampingnya tiba-tiba menghilang bagaikan asap.
Karena ramai, Kuchiki Rukia, wanita yang bertubuh mungil itu tentu tak bisa lihat. Mau loncat-loncat dengan bantuan kekuatan bulan pun takkan bisa. Namun, dia tidak putus asa dan tak kehilangan akal. Dengan memanfaatkan tubuhnya yang kecil, slim dan petit bagaikan iPad itu, dia merangkak dari bawah, melewati keramaian lewat sela-sela kaki siswa dan akhirnya sampai juga dia dibarisan depan, dimana dia bisa membaca pengumuman itu dengan jelas.
"Ng?"
~ Pengumuman ~
Ngaku berani? Ngaku gak takut sama apapun? Jangan bermulut besar jika belum mengikuti festival horror SMU Seireitei! Ya-ha, datang dan ikutlah uji nyali di lapangan SMU Seireitei jam 10 malam! Dijamin, bulu-bulu diseluruh tubuh anda akan rontok, nyaaa!
"Festival horror? Halloween kan udah lama lewat…" heran Rukia.
"Ini event tahunan sekolah kita. Seminggu setelah masuk pergantian musim, sekolah kita selalu mengadakan festival ini." jelas Nanao menyambar yang kebetulan ada disamping Rukia. Rukia hanya merespon dengan mengatakan 'Ooh' panjang dengan kepala mengangguk 2 kali.
"Ya. Event-nya selalu berganti-ganti dan event kali ini diambil dari tema horror. Kuharap berjalan lancar dan banyak yang dukung." Lanjut Nanao tersenyum sambil membetulkan kacamatanya. Rukia hanya tersenyum sambil mengangguk pelan.
~ Time Skip, jam istirahat ~
"Eeeh? Festival horror?" heran Inoue begitu Rukia memberitahu isi pengumuman pada Inoue saat jam istirahat tiba.
"Begitulah. Event tahun ini tema-nya horror." Jawab Rukia sambil meneguk jus oranye.
"Pasti seru! Apalagi katanya ada uji nyali, ya?" tanya Inoue.
"Ng? Iya. Yang mau ikut katanya bisa daftar sama Nanao-san dikelas 3-2." Jelas Rukia.
"Ikut, yuk!" antusias Inoue.
"Ha?"
~ Time Skip tanpa penjelasan ~
3 hari kemudian, dimana festival horror SMU Seireitei dilaksanakan. Pukul 22.30…
Terlihat wajah-wajah rating atas -sebagian besar faktor wajah, bukan otak- yang sudah tak asing lagi berkumpul, menikmati festival yang diadakan pada malam hari itu. Dikatakan festival pun, ini berbeda dari festival yang biasanya. Tak ada yang jual makanan, tak ada yang namanya pentas seni, tak ada yang namanya keriuahan. Yang ada hanyalah suasana seram, mistis, angker, yang membuat bulu kuduk merinding. Angin yang bertiup, suara gesekan dedaunan dari pohon yang lebat, suara kepakan sayap kelelawar, suara burung hantu dan sebagainya, membuat suasana semakin mencekam.
"Kenapa sekolah kita dalam sekejap bisa berubah jadi rumah hantu begini?" heran batin Rukia agak sweetdrop.
"Fuhiii, seram, seram. Ini pertama kalinya aku datang ke sekolah malam-malam begini!" kata Inoue terlihat antusias bercampur takut.
"Sekolah kita ini, kan memang seram. Kau tak dengar rumor, katanya sekolah kita ini bekas bangunan manor yang terbakar, dimana para penghuninya tewas dan menjadi butiran-butiran debu hitam…" jelas Rukia dengan nada agak diseram-serami.
"Eeeh?"
"Dan katanya, di kamar mandi wanita lantai 3 yang jarang dipakai itu, ada seorang siswi yang menghilang dan tak ditemukan sampai sekarang, lho..." lanjut Rukia.
"Ha?" Inoue agak terkejut.
"Kemudian, katanya kalo kesana sendirian saat jam pelajaran, kau akan ditarik ke dunia lain dan takkan pernah kembali. Jika pun kau kembali, kau akan gila dan pada akhirnya kau akan bunuh diri!"
"Hieee!"
"Dan kudengar juga, katanya Nemu-san dari klub koran sekolah melihat sesosok wanita yang rambutnya panjang tergerai, matanya melotot seolah akan keluar dari kelopak matanya dan menggantung dengan urat matanya. Lalu tangan kanan putus yang membusuk, perut yang mulai ada belatungnya, tulang rusuk, usus, hati dan semacamnya terurai keluar, menyeret seiring dia berjalan. Jika dia bertemu dengan manusia apalagi wanita, dengan kuku-kuku-nya yang panjang itu, dia menarik hidup-hidup ususmu dan memasukkannya kedalam mulutmu itu." jelas Rukia panjang lebar dengan raut wajah menakutkan, mendalami ceritanya itu.
Inoue selalu menjerit histeris tiap Rukia bercerita tentang hal horror seperti itu. Namun mendengar penjelasan terakhir Rukia itu, dia tak bisa berkutik. Dia benar-benar ketakutan sampai ke tulang. Wajahnya memucat, keringat dinginnya mengalir mendengar cerita Rukia itu. Roh-nya seakan akan keluar dari seluruh lubang di tubuhnya.
"Bodoh, aku hanya bercanda!" singkat Rukia.
*duar!*
"Aah, Kuchiki-san keterlaluan!" keluh Inoue cemberut.
"Jika takut, sebaiknya kau tidak ikut acara ini, Inoue." seseorang berkata pada Inoue dengan nada agak dingin.
"Hmph, aku tidak tahu bahwa kalian tertarik dengan kegiatan seperti ini juga." sambar seseorang lain suara dari belakang, mendekati Inoue dan Rukia.
Rukia dan Inoue menoleh, melihat 2 orang wanita berdiri dengan gaya khas mereka. Yang satu wanita berambut merah panjang, diikat 2 dan yang satu lagi wanita berambut hijau pendek yang selalu terlihat bersila dada.
"Aha, Riruka-chan, Nozomi-chan!" girang Inoue begitu melihat 2 wanita itu muncul.
"Kalian juga ikut? Tak kusangka." Ujar Rukia.
"Jangan salah sangka, ya! Aku kemari itu karena Nozomi memaksaku! Jika aku tak dipaksa, mana mau aku kemari!" bantah Riruka yang temperamental-nya keluar lagi.
"Aku yang memaksa-mu? Apa enggak salah? Bukannya kau yang memaksaku setelah tahu bahwa Ichigo juga ikut event ini?" tanya Nozomi dengan wajah herannya namun tetap dengan gaya pose-nya.
"A-…Apa-apaan itu? Ngapain aku ikut acara beginian cuma buat ketemu atau melihatnya? Hmph, aku ini wanita yang sibuk, aku gak punya waktu buat ngikutin dan menjadi stalker buat pria seperti Kurosaki Ichigo!" Riruka terus mengomel dan membantah.
"Bicara soal stalker, belakangan ini Ichigo cerita padaku bahwa dia merasa gerak-gerik-nya belakangan ini terus dilihat dengan tatapan aneh. Apa itu kau, Riruka?" selidik Rukia agak mencurigai Riruka setelah Riruka bicara seperti itu.
"Jangan konyol! Mana mungkin aku jadi stalker!"
"Su-Sudahlah, Riruka-chan, jangan bicara terlalu keras, sudah malam…" lerai Inoue yang sweetdrop melihat sikap Riruka yang tak pernah mau jujur.
.
Akhirnya, kegiatan uji nyali dimulai. Lokasi uji nyali-nya adalah gedung SMU Seireitei yang sengaja dibuat lebih seram dari biasanya. Seluruh lampu-nya dipadamkan atau tidak dibuat remang-remang. Dan terlihat, sang panitia mulai bicara untuk memulai acara utama.
"Ehem, ehem, halo semuanya, selamat malam!" sapa Urahara, guru panitia event kali ini.
"Terima kasih sudah berkumpul disini malam-malam begini. Baiklah, untuk mempersingkat waktu, kita segera mulai saja, ya. Yaah, kalo aku ngabisin waktu, aku bisa minta tolong sama Ultear-san buat gunain busur waktu-nya dan memutar balikan kembali waktu nohohoho!"
"Maafkan aku, Urahara-san, aku tak ada waktu. Kekuatanku harus kugunakan untuk anggota inti Fairy Tail" kata Ultear dari ujung dunia Fairy Tail sana.
Back to story.
"Baiklah, Yoruichi-san, tolong, ya~~~…" pinta Urahara membuka kipasnya itu.
"Heyyoh!"
.
Memang belum dijelaskan oleh Urahara, tapi dari peserta yang datang, mereka dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok dimana satu kelompok terdiri dari 2 orang dengan cara undian. Dan inilah tim-tim yang tlah dibagi.
Tim 1 :: Abarai Renji dan Dokugamine Riruka
Tim 2 :: Kurosaki Ichigo dan Inoue Orihime
Tim 3 :: Kuchiki Rukia dan Kujo Nozomi
Tim 4 kebawah tidak diberitahu karena keterbatasan tempat dan waktu.
"Okeeh, semua sudah kebagian pasangan, kan?" tanya Urahara dan dijawab 'Sampuun' oleh para peserta.
"Baiklah, kujelaskan! Setiap tim akan masuk secara bergantian kedalam sana. Seperti yang kalian tahu, di sekolah kita yang tercinta ini banyak penunggunya. Dan tugas kalian adalah kalian harus menanyakan cara kematian penunggu-penunggu sekolah kita yang tercinta ini. Tak usah banyak-banyak, 2 sampai 3 hantu saja sudah cukup." Jelas Urahara panjang namun singkat, mudah dimengerti namun sulit diingat.
"Mak kau! Dimana-mana orang normal itu menjauhi para hantu, bukan mencari bahkan menanyakan cara kematian mereka! kerajinan banget, sumpah!" kesal Renji.
"Sekarang saya tanya, Abarai-san itu orang normal, bukan?" tanya Urahara santai.
"Eh?" Renji terdiam.
"Enggak bisa jawab, kan? Hahahah!" tawa Urahara bangga namun mengesalkan.
"Ku-Kurang ajar!" geram Renji mengepalkan tangannya.
Kenapa Renji tidak dapat menjawab? Itu karena dia juga bukan manusia normal sepenuhnya. Dia punya rambut merah jabrik dan tato yang memenuhi tubuhnya yang tak dimiliki kebanyakan orang normal, bahkan mungkin hanya 1: di dunia ini. Tapi, bukan itu alasan utamanya tak bisa menjawab pertanyaan Urahara. Ada satu alasan. Alasan privasi milik Renji seorang yang tak bisa dibeberkan kepada khalayak ramai.
"Dan satu peringatan, bagi yang punya penyakit jantung koroner atau darah tinggi, diharapkan untuk jangan masuk jika tak ingin mati lebih cepat dari waktu ya tlah ditentukan." Jelas Urahara mengibas-kibaskan kipasnya.
"Apa? Riruka-chan, jangan ikut! Nanti darah tinggi-mu kumat dan kau akan mati!" kata Inoue mengingatkan.
"Si-Siapa yang darah tinggi?" kesal Riruka.
"Kau!" jawab Ichigo, Rukia, Inoue, Nozomi dan Renji serentak sambil menunjuk Riruka. Riruka langsung membatu, tak bisa membalas jika sudah dikatai serentak seperti itu.
"Sudah, sudah. Langsung saja, ya. Tim 1, kalian masuk duluan." Ujar Yoruichi menyudahi perbincangan itu.
"Baiik…" kata Renji mendekat.
"Tunggu! Kenapa aku harus berpasangan denganmu? Aku tidak mau bekerja sama dengan orang yang berambut merah!" kesal Riruka begitu mengetahui pasangan satu tim-nya adalah Renji.
"Rambutmu juga merah, bodoh! Sadarlah!" kesal Renji balik.
"Ooo, red-team, apa kalian plagiat dari red-devils?" tanya Ichigo yang ada disana.
"Diam!" bentak Renji dan Riruka bersamaan.
"Hei, sudah, sudah. Ini notes dan senter, bekal buat kalian kesana. Semoga selamat, ya!" ujar Yoruichi sembari memberikan sebuah notes dan 2 buah senter.
"Hei, dua senter gak bakalan cukup, nih! Gimana kalo mati?" gerutu Riruka.
"Tenang, jika habis dan jika kalian beruntung, kalian akan mendapatkan baterai didalam sana. Selamat berjuang!" kata Urahara menyambar.
"Haa? Kita ini bagaikan tengah memainkan game Fatal Frame 3! Menyebalkan!" omel Riruka lagi.
"Berhenti mengeluh dan sana masuk!" perintah Yoruichi.
Akhirnya, tim 1 masuk ke dalam sana dengan Riruka yang masih berasap-asap.
~ Red-Team Journey ~
"Woow, suasana yang eksotis!" kata Renji tertegun.
"Eksotis mak-mu? Tempat seram begini dibilang eksotis, kau harus operasi mata-mu itu, baboon!" cetus Riruka bersungut-sungut.
"Cerewet. Apa kau hanya bisa mengeluh saja? Berisik sekali! Pantas saja Ichigo tak pernah melirik dirimu!" kesal Renji balik.
Ucapan Renji itu dalam sekejap langsung membuat wajah Riruka memerah. "Tu-… Kenapa kau bawa-bawa Ichigo? Dia gak ada hubungannya, kok! Dan aku tidak menyukainya!" bantah Riruka menyembunyikan wajah merahnya.
"Hmph, jangan kau tipu diriku. Aku tau, kok bahwa kau itu bertepuk sebelah tangan sama Ichigo. Kasihan sekali dirimu itu." Ejek Renji.
"Ngaca, dong kalo ngomong! Kau juga bertepuk sebelah tangan sama Rukia. Kau tahu kenapa? Itu karena Rukia tidak suka pria heboh seperti dirimu! Contohlah Ichigo. Dia keren, tinggi, suara-nya keren dan kawaii, wajahnya tampan, pintar dan baik. Gak seperti dirimu!" hina Riruka balik dengan wajah yang menurut Renji cukup mengesalkan sambil entah disadarinya atau tidak, dia mendeskripsi-kan tentang Ichigo yang membuat wanita berambut merah itu menyukai Ichigo.
"Kita ini sama-sama bertepuk sebelah tangan pada pasangan yang sama, jadi gak usah saling hina!" kesal Renji.
"Eh, sorry, ya, cin. Saya gak ingat pernah mencintai Rukia. Apa kau ini mencintai Ichigo? Oh, god! Yaoi!" Riruka berkata dengan gaya seperti ibu-ibu tukang gosip.
"Eh, sorry, ya, cin. Saya juga gak ingat pernah mencintai Ichigo. Apa kau ini mencintai Rukia? Oh, god! Yuri!" balas Renji dengan gaya yang sama.
"Aku gak pernah suka pada wanita, ya! Aku ini masih straight! Lurus! Gada lika-liku!" bantah Riruka.
"Yaudah, gue juga!"
Karena mereka bertengkar tidak jauh dari pintu masuk, isi percakapan pertengkaran mereka terdengar jelas oleh peserta lain. Yang mendengar hanya sweetdrop, begitu juga 2 main-chara dari pertengkaran mereka.
"Kok mereka malah bertengkar? Bukannya uji nyali malah uji mulut…" batin Rukia sweetdrop.
"Sejak dulu aku tahu Renji itu bodoh, tapi ini tindakannya yang paling bodoh." Batin Ichigo yang juga sweetdrop. Tapi, tak tampak dari 2 main-chara pertengkaran tersebut yang merasa diri mereka disebut-sebut.
"Riruka-chan, Renji-kun, hentikan! Pertengkaran kalian itu didengar sama 2 main-charanya, nih!" batin Inoue juga yang terlihat panik.
Oke, back to Red-team yang menyudahi adu argument itu dan melanjutkan perjalanan.
"Baiklah, kalau tidak salah, ini perpustakaan, kan? Kudengar, belakangan ini Nanao-san sering melihat hal yang aneh-aneh disini." Kata Renji.
"Ya. Tsukishima-san juga. Dia sering melihat sosok berkepala botak yang sering bergerak dengan cepat lewat sela-sela rak buku!" Tambah Riruka.
Diluar...
"Oh, iya, kudengar katanya beberapa hari ini kau selalu dihukum membersihkan perpustakaan, ya, Ikkaku?" tanya Yumichika pada Ikkaku yang kebetulan ada disana.
"Ah, iya. Menyebalkan."
Back to perpustakaan. Tim 1 pun hendak masuk. Renji memegang knop pintu dengan bergetar. Tubuhnya bergetar hebat, merasakan perasaan takut yang tiba-tiba. Sampai-sampai, saking terlalu gemetaran, pintu yang dipegang Renji pun ikut bergetar kuat hingga menimbulkan suara berisik tak menentu.
"Hei, Renji, jangan gemetaran begitu! Aku jadi takut, nih!" kesal Riruka yang bersembunyi dibelakang Renji.
"Ja-Jangan bercanda! Ini pertama kalinya aku merasakan ketakutan sampai ke tulang rusuk hati terdalam-ku!" kata Renji yang keringat dingin, pucat dan gemetar.
"Tenanglah! Bukannya ketakutanmu yang paling dalam itu saat Rukia marah dan ngamuk habis-habisan padamu karena kau mengintipnya bulan lalu?" tanya Riruka menyemangati Renji.
"Itu mah bukan takut lagi! Aku bagaikan bertemu dewi penjaga neraka yang akan menyeretku dan menceburkan aku ke panasnya api neraka! Kemudian memutar tubuhku bagaikan kain jemuran!"
"Sudahlah, cepat buka!" perintah Riruka.
Akhirnya, dengan keberanian, Renji memutar knop pintu itu, membukanya pelan. Untuk awal-awal, dia buka sedikit dan bersama dengan Riruka, dia sinari ruang dalam dengan senter sembari mengintip. Tak ada apa-apa, suasana aman.
"Kita masuk!" ajak Renji. Dengan tetap berada dibelakang Renji, Riruka pun masuk dengan takut-takut.
Mereka pun berjalan dengan perlahan dengan tangan menyinari sudut-sudut ruang.
"Kekekeke…"
"Hiii!" Riruka langsung ketakutan begitu mendengar suara terkekeh dan suara langkah kaki yang berlari dibelakangnya.
"Kenapa?" tanya Renji.
"Aku tak suka situasi ini! Cepat keluar!" pinta Riruka mulai takut.
"Mana mungkin kita bisa keluar sebelum ketemu sama satu setan." Gerutu Renji kembali melangkahkan kakinya.
Mata Riruka membulat, tubuhnya kaku dalam sekejap, keringatnya mengalir.
"Ren… ji…" panggil Riruka terbata-bata.
"Ng?"
"Setannya… sudah muncul." Kata Riruka.
"Ha?"
Renji menoleh dan melihat dibelakangnya, dihadapan Riruka berdiri sesosok tubuh hitam besar, lebih besar dari Sado, menyeramkan, bau dan sebagainya. Karena tanpa sengaja Riruka mengarahkan senternya ke wajah sosok itu, terlihat darah mengalir, mata menggantung dan dari bolongan matanya itu keluar cacing besar alaska yang menjijikkan, sisi depan tangannya terkoyak dan memperlihatkan tulang putih yang sudah mulai memudar warnanya itu.
Lantaslah Riruka menjatuhkan senternya dan... "Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa~~~~~!" Renji dan Riruka berteriak sekeras-kerasnya begitu melihat sosok hitam besar bagaikan campuran peranakan Genderuwo dan Big-foot itu ada dihadapan mata merah dan coklat mereka.
Renji dan Rukia langsung berlari secara terpisah begitu melihat sosok tersebut. Dengan kecepatan penuh, mereka sama-sama berlari sambil berteriak dan tangan mengangkat keatas.
"Lari ala okama, mode ON!" kata Renji memencet 'tombol'-nya yang membuatnya langsung berlari ala Okama dari One Piece.
"Gyaaaa~~!" jerit Riruka begitu dia melihat ke belakang, sosok itu mengejarnya dengan cepat.
"Tidaaaaaaaaak! Kenapa malah mengejarku? Apa kau ini lolicon? Menjauuuh!" seru Riruka yang berlari. Sosok itu tetap mengejar Riruka dengan gaya lari seekor gorilla.
Karena perpustakaan sekolah mereka besar, mereka bertiga kejar-kejaran didalam perpustakaan. Renji kemana, Riruka yang apes di kejar oleh sosok itu lari ntah kemana-mana. Riruka pun segera bersembunyi begitu mendapat sedikit celah saat sosok itu berhenti sambil memegangi hidungnya karena dengan sok-nya, sosok itu berlari sambil ngupil. Riruka lalu mengintip situasi kondisi dari sela-sela buku…
"Gyaaaaaaaaaa! Kenapa sekarang gue yang dikejaar? Lari ala okama, mode OFF! Lari ala baboon, mode ON! Fuho! Fuho! Fuho!" seru Renji yang langsung berlari ala baboon, tak lupa dengan ekspresi-nya yang 11-12 sama baboon itu.
"Riruka, dimana kau? Apa kau sudah melupakan tugas kita? Cepat tanyakan cara kematian sosok mutagenesis ini!" perintah Renji yang kali ini gantian di kejar oleh sosok hitam itu.
"Kita tanyakan berdua, bodoh! Kau mau mengorbankan seorang wanita untuk bertanya seorang diri pada mahluk teratogenesis itu, ha? Jangan bercanda!" omel Riruka dari tempat persembunyiannya yang tak bisa diketahui oleh Renji.
"Kau dimana? Cepat keluar dan kita tanyakan bersama!"
"Gak mau! Aku takut pada mahluk gak kawaii itu! Dia itu monster!" kesal Riruka.
"Dan lagi, diliat dari wujudnya sekarang, dia itu mati karena dibunuh yang sebelumnya disiksa dan mayatnya dibuang ntah kemana-mana namun gentayangannya di sekolah kita yang terkutuk ini!" lanjut Riruka mengomel-ngomel. Ya, inilah hebatnya wanita ini. Tak perlu situasi kondisi sedang seperti apa, dia selalu mendapatkan waktu untuk ngomel.
"Jangan bercanda! Babbon level 3, mode ON! Assassin mode ON!" seru Renji yang langsung melempar bangku perpustakaan pada sosok itu, hingga membuat sosok itu berhenti mengejarnya dan menghancurkan bangku perpustakaan yang dilempar.
"Tunggu! Apa yang kau lakukan? Kau tak boleh seenaknya menghancurkan bangku perpustakaan! Tsukishima-san dan Nanao-san bisa marah!" Riruka keluar dari tempat persembunyiannya dan memarahi Renji.
"Paling gak bisa menghentikan gerakan si monster teratogenesis ini!" kata Renji lega.
"Ayo kita segera selesaikan tugas kita!"
Mereka pun mendekati sosok hitam yang tergeletak tak bergerak itu. Dengan percaya dirinya, Renji mendekati sosok itu, menyentuh sosok itu. Dia jongkok didepan sosok itu, sementara Riruka menunduk mengamati dari jauh karena masih takut. Dan begitu Renji hendak menyentuh wajah sosok itu, mendadak mata sosok itu terbuka, mengeluarkan cacing besar alaska dari bolongan matanya dan dengan cepat memegangi tangan Renji.
"Gyahooooooo~~...!" Renji langsung menjerit sambil menarik tangannya hingga terjatuh, mendorong Riruka, "Kyaaa!" dan menimpa Riruka yang bertubuh kecil itu.
"Aduuh, Renji, kau ini kenapa, sih? Berat, tau!" kesal Riruka mendorong tubuh Renji yang menimpanya.
"Se-Se-Setannya… Setannya… Setannya gerak! RUN AWAY mode ON!" seru Renji yang tanpa pikir panjang langsung menggendong Riruka dengan Bridal-style.
"Eeeeeh?"
Mereka langsung berlari sekencang-kencangnya, secepat kilat, menggunakan shunpo, sonido, sampai hirenkyaku untuk kabur dari mahluk teratogenesis itu. Terus berlari sampai keluar dari bangunan, menuju lapangan.
"Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaa~~~~~~~!" jerit Renji dan Riruka bersamaan.
"Ah, mereka keluar." Kata Ichigo santai.
*buzyung*
Mereka melewati barisan para peserta dengan sangat cepat bagaikan angin dan berhenti karena *byur!* jatuh di kolam renang sekolah.
"Gila, mereka gila!" batin Ichigo.
"Tidak, Renji yang paling gila. Gendong Riruka ala bridal-style dan sama-sama menceburkan diri di kolam." sambar batin Rukia seakan menjawab ucapan batin Ichigo.
"Tidak, mereka berdua itu gila!" Nozomi pun ikut menyambar.
"Okee, tim 1 dinyatakan gagal karena tidak bisa menyelesaikan tugas dan juga kabur sambil berteriak!" seru Yoruichi dengan kedua tangan membentuk huruf X.
"Semua orang normal kalo udah ngeliat setan pasti akan berlari sambil teriak!" kesal Riruka yang muncul dari permukaan air.
"Itu benar! Kalian bisa bicara begitu karena kalian enggak tahu apa-apa saja yang ada didalam sana!" tambah Renji.
"Boodoh, kau pikir sudah berapa tahun kami bersekolah disini? Kami sudah tahu apa-apa saja yang ada didalam sana!" gerutu Ichigo dengab kerutan di alisnya makin pararh dari biasanya.
"Ichigo benar. Disana ada kursi, meja, papan tulis, buku, dan sebagainya…" sambar Nozomi berbicara dengan wajah datarnya.
"Bukan itu!" kesal Renji dan Riruka.
"Sudah, sudah, jangan bertengkar. Tim 1 dinyatakan gagal, tim 2, langsung saja masuk kedalam." Kata Yoruichi menghela nafas, mulai lelah menghadapi komentar, keluhan dan gerutuan dari tim 1 itu.
"Baik! Mohon bantuannya, Kurosaki-kun!" kata Inoue.
"Ah!"
Tim 2 yang beranggotakan Kurosaki Ichigo dan Inoue Orihime pun masuk kedalam sana, memulai uji nyali.
~ TO BE CONTINUE ~

0 komentar:

Posting Komentar

Cara mudah berkomentar:
1. Isi kolom komentar
2. Pilih berkomentar sebagai anonymous
3. Publikasikan
:)
put u'r comment here.