English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translete Menu
Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info

-Total Readers-

Don't Be a Silent Readers, Put Your Comment Here :)

Selasa, 31 Januari 2012

How the chronology of your death? -Chapter 2- (end)

Author:
CrimsonDevil D. ShinSen Hanero

Setelah kegagalan tim 1 diawal tadi, sekarang giliran tim 2 yang ambil bagian. Tim yang terdiri dari Kurosaki Ichigo dan Inoue Orihime itu masuk dengan berbekal senter juga notes, sama seperti tim 1. Mereka masuk ke dalam sana. Di dalam sana, Ichigo yang berjalan di depan mengarahkan senternya ke segala arah sementara Inoue mengarahkan senternya kearah belakang, berjaga di belakang. Mereka menaiki tangga, hendak menuju lantai 2. Inoue yang memang agak penakut itu terlihat ketakutan dan gemetaran. Keringatnya mulai mengalir begitu dia mendengar suara langkah kaki dan suara-suara tawa atau bisikan.
"Bagaimana… jika kita ke ruang musik saja?" usul Ichigo.
"Eh? Kenapa?" tanya Inoue.
"Sebenarnya, saat cabut dari pelajaran, aku dan Rukia pernah merasakan ada yang aneh di ruang musik. Bagaimana jika kita kesana?" tanya Ichigo sembari menjelaskan.
"Eh? Ba-baik. Tapi tolong jangan jauh-jauh dariku. Aku takut…" ujar Inoue terdengar memanja.
"Kalo takut seharusnya kau enggak usah ikut." singkat Ichigo yang kembali berjalan.
Mereka pun berjalan menaiki tangga dengan perlahan. Suara tapak kaki yang menaiki tangga itu terdengar lebih banyak dibandingkan 4 kaki yang menaikinya. Seolah, ada kaki-kaki lain yang juga ikut naik bersama mereka. Ichigo menyadarinya, namun berusaha tenang. Sementara Inoue, dia menyadarinya dan berusaha untuk tidak takut juga walau tubuhnya sudah bergetar hebat. Inoue sering merasakan ada orang lalu-lalang dibelakangnya. Berlari dan menjerit histeris, tertawa dan menangis. Sementara Ichigo, dia merasa dilehernya telah dipegang oleh sebuah tangan yang dingin dan berair. Hanya memegang, tak berniat untuk mencengkram lehernya. Keganjilan yang dirasakan oleh Ichigo dan Inoue rasanya bukanlah bagian dari trik Urahara, ini asli. Mencoba tenang dan tak takut, mereka tetap berjalan dan akhirnya, mereka sampai di depan pintu ruang musik. Ichigo berdiri di depan pintu dengan Inoue berada di belakangnya karena takut.
"Baiklah, akan aku buka!" kata Ichigo mengambil ancang-ancang. Inoue hanya meneguk ludahnya saja dengan alis berkerut ketakutan dan keringat mengalir.
Ichigo memegang knop pintu yang dingin itu. Tak bisa dipungkiri, perasaan takut juga mulai menyelimuti Ichigo saat dia merasa knop pintu yang dia pegang makin lama makin dingin. Dia menarik-hembus nafasnya, mengatur dan menyiapkan dirinya. Ichigo mulai memutar knop pintu namun belum membuka pintu itu.
"Siapkan dirimu, Inoue!" bisik Ichigo.
"Ba-baik!"
Ichigo mulai membuka pintu itu dan baru terbuka sedikit, Inoue tiba-tiba merasakan lehernya ditiup dan seakan ada orang berdiri di kiri dan kanannya, membuat dia menjerit.
"Kyaaaaaaaaa!" jeritnya yang mengagetkan Ichigo hingga membuat Ichigo menutup kembali pintu itu dengan reflek.
"A-Apaan, sih?" tanya Ichigo agak kesal.
"Le-leherku seperti ada yang niup!" jawabnya sambil memegangi lehernya dengan wajah takut dan mata berkaca-kaca karena takut.
"Angin mungkin. Jangan tiba-tiba berteriak, aku terkejut!" omel Ichigo.
"Ba-baik, maaf." sesal Inoue.
Ichigo pun mulai membuka perlahan pintu bermodelkan geser itu. Saat terbuka sepenuhnya, kedua bola mata Ichigo dan Inoue melihat kebawah, melihat sepasang kaki berdiri disana, tak menyentuh lantai, melayang. Mereka gerakkan bola mata mereka keatas dengan perlahan tanpa bicara sepatah kata pun, diiringi dengan wajah mereka yang mulai memucat. Begitu mata mereka sudah sampai puncak, mereka melihat sosok putih dihadapan mereka dengan mata melotot mengeluarkan darah dengan mulut robek menganga. Semua darah yang mengalir dalam tubuh mereka berdua rasanya berhenti dan membuat tubuh mereka semakin pucat. Suasana hening, baik Ichigo maupun Inoue dan sosok putih berambut panjang sampai ke lantai itu tidak ada yang mau bicara dan mengeluarkan sedikit pun suara. Ichigo pun juga terpaku pada gerakannya yang masih memegang knop pintu itu dengan mulut agak terbuka dan mata membulat.
"GROAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" sosok itu langsung memecahkan keheningan dengan raungannya.
"GYA… GYAAHAAAAAAAAAAAAAAAAAA~~~~~…!" Ichigo dan Inoue langsung menjerit histeris dan langsung kabur secara serentak namun, Ichigo berlari lebih cepat dari Inoue.
"Gyaaaaaaaa! Peranakan Kuchisake no onna dan Kuntilanaaak!" seru Ichigo ngibrit meninggalkan Inoue.
"Tidaaaak, Kurosaki-kun, tunggu akuu!" pinta Inoue yang lari mengejar Ichigo.
Mereka pun lari sementara sosok putih itu tetap berdiri (baca: melayang) diambang pintu. Sosok itu bingung haruskah dia mengejar dua orang itu atau biarkan sajalah dua orang itu.
*tap, tap, tap*
Dan saat si sosok putih itu tengah berfikir, terdengar suara langkah kaki yang mendekat kembali ke ruang musik. Ya, dua orang yang tadi reflek kabur itu mendadak muncul kembali dengan berjalan perlahan dan takut-takut.
"A-Ano, etto, Yuurei… -san. Se-sebelum kabur... ka-kami ingin menanyakan sesuatu pada anda," kata Ichigo gemetaran hebat sambil menunduk karena tak tahan melihat mulut robek sosok itu.
"I-Itu benar. Anu, ber… kenankah… Y-Y-Yuu… Yuurei-san… mem-mem-memberitahukan kami cara… kematian… a-a-an... d-d-da?" tanya Inoue terbata-bata dan gemetaran. Dia pun saking takutnya serasa ingin menangis.
"Baiklah," kata sosok itu menyetujui untuk menceritakan kematiannya. Dengan tetap melayang, dia mulai bercerita.
"Jadi begini…"
##
Sosok tersebut dahulunya adalah wanita yang cantik. Dengan rambutnya yang panjang dan wajahnya yang cantik bagaikan para wanita di Yoshiwara, dia dikenal sebagai wanita tercantik di jamannya. Kemudian, pada suatu hari dia menikah dengan seorang pria tampan yang membawanya pergi untuk tinggal bersama dengan bahagia. Setelah mereka menikah, ternyata kehidupan mereka tak bahagia. Pria itu selalu memarahi wanita itu dengan alasan tak jelas. Tiap bertengkar, suaminya selalu mengancam untuk membakar istrinya. Tiap bertengkar, selalu mengancam membakar dan mengancam hingga akhirnya sang istri itu jenuh. Pada suatu malam, mereka kembali bertengkar. Dan seperti biasa, suaminya mengancam untuk membakar istrinya itu. Akhirnya wanita itu berkata 'Tiap berantem, ngancem bakar! Tiap berantem, ngancem bakar! Sudahlah, sebelum kau bakar diriku! Biar aku robek-robek dulu tubuhku biar cepat matang jika kau membakarku!' sambil dengan sendirinya menyayat bibirnya sampai robek panjang. Tanpa didoakan dan disuruh pun, akhirnya wanita itu mati dengan sendirinya karena tak tahan dengan kesakitan yang diperbuatnya sendiri.
###
"Seperti itulah." Kata sosok itu mengakhiri ceritanya.
Ichigo dengan serius mendengarkan sementara Inoue dengan serius menyatat kisah kematian sosok itu.
"Lalu, kenapa anda menunggui ruang musik di sekolah kami ini?" tanya Ichigo dengan gaya seorang jurnalis,
"Apa boleh buat? Ruangan lain sudah penuh dengan hantu yang lain. Jadi saya disini sajalah," jawab sosok itu sambil menghela nafas.
"Kurosaki-kun, kurasa ini cukup," kata Inoue yang dijawab dengan anggukan oleh Ichigo.
"Baiklah, kami pergi dulu. Anu, Yuurei-san, tolong segera pergi dari tempat ini dan carilah tempat baru buat di hantui!" ujar Ichigo terlihat tenang.
"Jika yang dibawah menghendaki, saya akan segera pergi. Lho? kalian sudah mau pergi?" ucap sekaligus tanya sosok itu.
"Kami sudah selesai, kok. Jadi kami mau pergi," jawab Inoue.
"Maaf, tapi kalian tak bisa pergi begitu saja! Kumakan kalian, GROAAAAAAAA!"
"HIEEEEEEEEEEEEE!" Ichigo dan Inoue kembali kabur begitu sosok itu membuka mulutnya makin lebar, seolah akan memakan mereka. Mereka pun segera berlari kedua arah yang berbeda setelah sebelumnya bertabrakan dahulu bagaikan mobil seng sampai terjatuh.
"Aduh! Dasar Inoue bodoh! Kau lari kesana, aku kesana!" omel Ichigo yang terjatuh sambil memegangi dahinya yang merah karena membentur kepala keras Inoue.
"Aduhduhduhduh, maaf!"
Setelah sedikit mengomel, mereka langsung berlari dash MAX.
"Aih, mencar pula mereka itu. Gimana, ya? Kejar gak, ya? Aduuh, bingung, ya~…?" kata si sosok itu gaje yang hanya bisa mendengar gema langkah lari Ichigo dan Inoue yang sudah jauh.
*tap, tap, tap*
Dan kembali. saat sosok wanita itu tengah berfikir, terdengar dari arah kanan suara langkah kaki mengendap-endap kembali ke ruang musik. Sosok itu menoleh dan melihat seorang wanita berambut panjang berjalan perlahan dengan takut-takut bagaikan maling.
"Maaf, saya salah jalan…" kata Inoue yang tak berani melihat sosok itu. Setelah tak begitu jauh dari sosok itu…
"TIDAAAAAAAAAK! KUROSAKI-KUN, DIMANA KAU?" tanya Inoue yang langsung ngibrit dash MAX mengejar Ichigo.
~ Team 2, finish ~
Diluar, terlihat Ichigo dan Inoue yang terduduk dibawah dengan nafas memburu dan berkeringat.
"Hh, hh, hh, hh…" Ichigo mencoba mengatur nafasnya.
"Haahhii, haaahii, haaahiii. Kurosaki-kun tega! Kenapa kau meninggalkanku?" kesal Inoue yang masih kelelahan dengan posisinya yang duduk W.
"Apaan? Kau sendiri yang larinya kemana? Aku lari kemana, kau lari kemana!" kesal Ichigo balik sambil menyangga tubuhnya dengan kedua tangan kearah belakang tubuhnya yang penuh keringat.
"Tidak, kok! Bukannya Kurosaki-kun yang nyuruh aku lari kearah yang berbeda?" bantah Inoue.
"Uuh, kuharap aku tak seperti itu…" batin Rukia dan Nozomi serentak dengan ekspresi tenang tampak luar namun ekspresi heboh ketakutan tampak dalam.
"Baiik, tim 2 berhasil menyelesaikan tugasnya. Sekarang, tim terakhir, tim 3 silahkan masuk dengan bekal yang sama!" ujar Yoruichi.
"Baik!"
Tim 3 pun masuk. Tim yang terdiri dari 2 orang wanita ini mulai berjalan menelusuri lorong lantai 1, arah aula. Mereka berjalan dengan raut tenang, masih belum merasakan ketakutan yang berarti. Begitu mereka melewati belokan, baru saja selangkah mereka berbelok, mereka melihat sosok putih berjalan menuju aula dengan langkah lunglai dengan tangan memegang sebuah sabit besar. Dengan cepat dan tanpa banyak bicara dengan gerakan yang kompak seperti PasKibraKa, mereka berbalik, enggan untuk mengejar sosok bersenjata tajam bagaikan dewa kematian itu.
"Kau lihat apa yang kulihat?" tanya Rukia agak berkeringat dingin dan senyum garing.
"Aku lihat. Kau lihat apa yang kulihat?" tanya sekaligus jawab Nozomi dengan raut wajah tanpa ekspresi namun tetap berkeringat dingin, sama seperti Rukia.
"Aku lihat. Oke baiklah, berarti kita berdua masih waras. Ayo cari yang tidak berbahaya saja." ajak Rukia yang langsung jalan.
"Ya."
Mereka pun berjalan dan memilih untuk pergi ke lantai 2. Disana, suasana ternyata lebih mencekam. Benar-benar gelap, makin banyak terdengar suara-suara aneh dan raungan juga tangis maupun tawa dari penjuru lorong itu yang menggema. Mereka berjalan dengan tetap waspada dan agak was-was sambil mengarahkan senter. Dan didepan sana, di ujung lorong, mereka melihat kembali sesosok pria berpakaian jas berlumuran darah yang berjalan dengan lunglai. Langsung saja Rukia dan Nozomi merasakan ketakutan yang menyelimuti tubuh mereka. Mereka langsung pucat, tubuh kaku tak bisa bergerak, keringat langsung mengalir. Mereka hendak mundur tapi kaki mereka tak bisa digerakkan.
"O-Oi…" Rukia memanggil.
"Jangan bicara. Aku tahu apa yang mau kau katakan." kata Nozomi memotong ucapan Rukia.
Pria itu lalu berhenti, seolah menyadari keberadaan Rukia dan Nozomi. Pria itu pun berbalik dengan perlahan, memperlihatkan wajahnya yang berlumuran darah itu. Ya. Dengan wajah penuh darah, matanya melotot seolah keluar, mulutnya tersenyum seram dengan gigi-gigi runcing berdarah. Tangannya penuh dengan cacing besar Alaska dan kaki kirinya buntung. Seperti yang ada dibelakangmu.
"Hii!" Rukia dan Nozomi makin takut begitu melihat pria itu mulai berjalan mendekati mereka.
"A… Aah... haah…" Rukia dan Nozomi ketakutan sampai mulut mereka tak bisa berucap apapun. Keringat mereka mengalir makin deras, tubuh mereka dingin dan pucat.
"Dimana… dimana…" pria itu mulai berkata dengan nada menyeramkan.
"Dimana kekasihku?" tanya pria itu yang langsung memutuskan kepalanya dan melayang dengan mulut menganga, seolah hendak menyantap Rukia dan Nozomi.
"Gyaaaaaaaaaaaaaaaaa!" Rukia dan Nozomi langsung berteriak histeris saat melihat kepala pria itu lepas dari badannya dan melayang dengan lidah menjulur dan mata yang melayang-layang.
"Tidaaaaaaak, jangan mendekat!" seru Rukia ketakutan.
*Cring*
Tiba-tiba sebuah pedang muncul dihadapan pria itu, menghentikan laju kepala pria yang ingin memakan Rukia dan Nozomi itu.
"Jangan mendekat! Kubunuh kau!" ancam Rukia memegang pedang yang ntah diambilnya dari mana dengan tubuh pucat dan gemetaran.
Kemudian, kepala pria itu kembali ke tubuhnya. Namun…
"Aaaah!" Nozomi tiba-tiba terjatuh sambil berteriak.
"Nozomi!"
Tangan pria itu memanjang dan tiba-tiba menarik kaki Nozomi lalu menarik kaki wanita itu, menyeretnya.
"Lepaskaan!" seru Nozomi.
"Kubilang, jangan mendekat!" cetus Rukia yang langsung menginjak tangan pria itu hingga melepaskan kaki Nozomi. Nozomi segera berdiri, merebut pedang yang dipegang Rukia dan segera berlari menuju pria hantu itu layaknya seorang assassin.
"Hii!" Pria itu ketakutan begitu sebilah pedang tepat berada didepan kepalanya yang melayang itu.
"Kau ingin mati untuk yang kedua kalinya? Berani sekali kau menyentuh kakiku dengan tangan kotormu itu!" ancam Nozomi yang langsung berperilaku layaknya pembunuh berdarah dingin, tak lupa dengan tatapan dingin matanya.
Rukia pun mendekat sambil mengambil 3 buah tongkat pendek yang dia sembunyikan dibalik roknya. Dia gabungkan 3 tongkat pendek itu menjadi tongkat yang panjang.
Pria itu melihat Rukia yang berjalan mendekat bagaikan seorang Oni no Yuki-hime. Raut wajahnya benar-benar dingin seperti pembunuh yang tak kenal takut. Tongkat yang dibawa Rukia pun dalam pandangan pria itu adalah sebuah sabit besar warna putih.
"A-Akuma..." kata pria itu pelan ketakutan.
"Kau mencari mati dengan kami. Kau penunggu sekolah ini, seharusnya kau sudah tahu siapa kami ini. Kau macam-macam dengan kami dan kami akan mengembalikannya 10x lipat dari apa yang kau lakukan pada kami!" ancam Rukia juga dengan raut wajah dingin pembunuhnya itu.
Pria hantu itu telah mencapai klimaks ketakutannya. Bagaikan melihat dewi penjaga neraka yang turun dari bulan, dikawal dengan dewi laut yang keluar dari laut dengan membawa trident-nya. Pria hantu itu gemetaran begitu ditodongkan pisau dan tongkat besi dihadapannya.
"Sekarang, jawab pertanyaan kami jika kau ingin tetap hidup seperti hantu biasa!" perintah Rukia yang jongkok didepan pria itu sementara Nozomi masih menodongkan pedangnya didepan leher pria itu.
"Ba-baik!"
"Bagaimana kronologis kematianmu dan kenapa kau bisa ada disini?" tanya Rukia layaknya polisi yang mengintrogasi tersangka.
"Se-Sebenarnya…"
##
Dahulu, pria itu adalah seorang pegawai yang buruk rupa. Tidak, dikatakan buruk rupa pun wajahnya tak memiliki bekas luka apapun. Namun, dalam pandangan wanita, dia pria yang jelek bagaikan monyet seperempat tikus. Suatu hari, pria itu jatuh cinta dengan seorang wanita cantik. Dia tergila-gila dengan wanita itu dan ingin memilikinya. Wanita itu pun tak disangka-sangka juga menyukai pria itu. Mereka akhirnya menjadi sepasang monyet, ah salah! Sepasang kekasih. Pria-pria yang tak terima wanita cantik itu menjadi kekasih pria buruk rupa itu akhirnya menculik sang gadis. Pria itu tentu cemas dan berusaha mencari kekasihnya. Dia mencari disana-sini namun tak ketemu. Dan saat dia pulang ke rumah karena sudah letih mencari istrinya, tiba-tiba dia tertimpa sebuah kaleng cat warna merah yang membuatnya tampak seperti orang penuh darah. Dan tak disangka, begitu dia sampai di rumah, sang kekasih ada disana. Dia langsung berlari menghampiri sang kekasih, namun sayangnya, kekasihnya itu terkejut dengan kondisi pria itu yang dikiranya adalah setan dan langsung mengambil pisau lalu mengayunkannya dan memotong leher pria itu sampai terpisah dari badannya. The end...
####
"Begitulah..." kata pria itu mengakhiri ceritanya. Dengan kepala yang dia pangku di pahanya, pria itu menangis gaje.
Rukia dan Nozomi terdiam. Tak tahu mereka harus sedih atau tertawa karena kematian konyol dari sang pria berkepala buntung itu.
"Ka-kau... mati dibunuh kekasihmu?" tanya Rukia agak sweetdrop. Pria itu hanya sesegukan dengan tangis gaje.
"Haruskah aku tertawa? Atau haruskah aku menangis? Atau haruskah aku tertawa sampai berurai air mata?" batin Rukia.
"Baiklah. Sarungkan pedangmu, Nozomi. Tugas kita selesai," kata Rukia yang memisahkan tongkatnya dan kembali menyembunyikan dibalik roknya.
"Baik," Nozomi menyarungkan pedangnya.
"Tugas kami sudah selesai. Nyawamu sebagai setan kami ampuni. Sekarang, pergilah kau dari sekolah ini bersama dengan teman-teman setanmu yang lain!" perintah Rukia.
"Eeeh, itu mustahil! Saya tak bisa membawa mereka semua pergi. Saya hanya seorang setan rendahan. Saya tidak akan bisa menyuruh mereka semua, saya bisa mati!" komentar setan itu.
"Bawa pergi!" seru Rukia dan Nozomi serentak dengan tatapan pembunuh berdarah dingin dan aura yang lebih mematikan dari Byakuya yang sedang marah.
"Baik!" setan itu langsung bergidik takut dan segera run away sebelum dibunuh untuk yang kedua kalinya.
"Dasar! Baiklah, tugas sudah selesai. Ayo pulang, Nozomi," ajak Rukia.
"Ya."
Mereka pun segera turun dari tempat itu. Entah mereka sadari atau tidak, kenapa bukan setannya yang nakutin mereka tapi malah mereka yang nakutin setan? Tanpa memikirkan hal itu sedikit pun, mereka berjalan dengan tenang karena tugas mereka dilewati dengan sangat lancar, tanpa halangan apapun. Tanpa harus menjerit histeris sambil berlari, mereka menyelesaikan tugasnya. Para peserta lain yang menunggu diluar gedung pun keheran-heranan karena tak ada suara teriak atau suara gaduh sama sekali. Mereka bahkan berfikir, 'Jangan-jangan mereka sudah mati dimakan hantu tanpa sempat untuk menjerit atau berlari...!' dengan wajah pucat.
.
*Tap, tap, tap*
Terdengar suara langkah kaki dua wanita itu yang menggema karena suasana mendadak sunyi-hening. Entah karena apa, saat mereka keluar dari gedung, angin bertiup sepoi-sepoi, seolah menyambut kembalinya dewi pencabut nyawa dari dunia lain. Raut wajah kedua wanita itu dingin tanpa ekspresi. Lampu sorot yang menerangi lapangan pun mulai berkedip-kedip redup. Para peserta yang melihat itu cengo dengan raut wajah mulai memucat.
"A-Akuma!" batin para peserta shock.
Kedua wanita itu sampai di barisan kumpulan peserta.
"Ru-Ruki... a, apa yang terjadi disana?" Ichigo mulai memberanikan diri untuk bertanya.
"Tak ada. Kami hanya melakukan tugas kami tanpa kekerasan," jawab Rukia datar.
"Ya-yakin?" Ichigo ragu akan jawaban Rukia.
"Tentu saja,"
Ichigo hanya meneguk ludah begitu mendengar jawab dari teman wanitanya ini.
"Ba-baiklah! Tim 3 berhasil menyelesaikan tugasnya dengan sempurna dan tenang. Seka-..."
*Bruar!*
Belum sempat Yoruichi menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja dari dalam gedung terdengar suara gaduh. Perhatian para peserta langsung tertuju pada pintu utama gedung, tempat Rukia dan Nozomi tadi keluar. Mereka semua terkejut dan kaget mendengar suara itu. Dan tak berapa lama...
"Gyaaaaaa~~~..."
"Tidaak!"
"Nyaaa~...!"
"Huoo...!"
"Graa~~...!"
"Waaaaaaaaa!" para peserta langsung menjerit terkejut begitu melihat segerombolan setan yang menunggui gedung sekolah mereka tercinta itu lari terbirit-birit seperti ketakutan akan sesuatu.
"A-A-Apa? Kenapa? Mereka semua itu setan, kan?" tanya Renji kaget.
"Apa kau yakin? Jika kita tak segera pindah, 2 shinigami wanita nanti akan membunuh kita?" tanya seorang hantu panik.
"Iya! Mereka itu lebih mengerikan dari penjaga neraka! Mereka 10 kali lebih mengerikan dari macan ngamuk! Godzilla dan lain-lain! Mereka itu monster berbulu tubuh model cantik!" jawab hantu yang tak lain dan tak bukan adalah hantu yang tadi dijumpai oleh Rukia dan Nozomi.
"Tapi kita udah mati!"
"Pernah dengar bahwa kematian bukanlah akhir segalanya? Mereka akan membunuh kita! Cepat kabur dan cari tempat baru!" seru hantu itu.
"BAIIK!" seru hantu lain mengikuti komando.
5 Menit kerusuhan terjadi, akhirnya para hantu telah pergi dan meninggalkan para peserta yang melihat itu cengo dengan wajah sweetdrop.
"Du-Dua shinigami wanita itu... pasti kau dan Nozomi, kan?" tanya Renji takut-takut.
"Bukan. Dia salah orang..." jawab Rukia.
"Tak salah lagi!" seru batin para peserta kompak.
"Po-pokoknya, uji nyali sudah berakhir karena para hantu pun sudah diungsikan. Baiklah! Bubar!" seru Yoruichi.
Akhirnya, para peserta pulang dengan raut wajah masih sweetdrop melihat para hantu yang lagi mengungsi sebelum dibunuh oleh 2 shinigami wanita itu.
THE END

0 komentar:

Posting Komentar

Cara mudah berkomentar:
1. Isi kolom komentar
2. Pilih berkomentar sebagai anonymous
3. Publikasikan
:)
put u'r comment here.