English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translete Menu
Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info

-Total Readers-

Don't Be a Silent Readers, Put Your Comment Here :)

Senin, 02 Januari 2012

The Seven Light Chapter 1

.
.
Disclaimer:
Naruto dengan karakter-karakternya milik Tuan Masashi Kishimoto
.
.
The Seven Light milik saya aka Tania Namikaze
(AU, sedikit OOC, mungkin ada typo, dll)
.
.
Summary:
Setelah setahun menghilang, The Seven Light akhirnya kembali. Organisasi yang berisikan tujuh orang berbakat dengan satu pemimpin itu mulai melakukan pembunuhan yang tidak jelas tujuannya. Apa yang akan terjadi pada organisasi ini jika salah satu anggotanya mulai berpikirann untuk melenyapkan organisasi tersebut?
.
.
.
Chapter 1
Suasana pagi itu memang masih tampak tenang walau sang surya sudah menampakkan keagungannya beberapa menit yang lalu. Banyak sekali flora dan fauna yang menyambut keadaan di pagi itu dengan memperlihatkan keindahan diri mereka masing-masing bermaksud agar sang raja siang tidak malu-malu lagi keluar dari singgasananya.
Yah, keadaan pagi ini memang tenang. Tapi, di kediaman Namikaze tidak terjadi hal seperti itu. Rumah keluarga Namikaze ini selalu saja dibuat gaduh oleh anak semata wayang dari pasangan Minato Namikaze dan Kushina Uzumaki atau lebih tepatnya dikatakan Kushina Namikaze.
"Naruto! Sebenarnya apa yang kamu lakukan di atas? Sudah hampir jam tujuh pagi, apa kamu tidak mau berangkat sekolah?" teriakan Kushina terdengar menggema di rumah yang sangat besar itu dari lantai bawah. Kamar Naruto memang terletak di lantai atas.
"Iya, Ma. Ini juga mau berangkat," jawab Naruto sambil keluar dari kamarnya dan segera ke bawah dengan langkah yang sangat cepat, kalau saja dia tidak ahli, dia bisa saja terjatuh dari tangga yang licin tersebut.
Naruto sudah mengenakan seragam khas Konoha Senior High School. Dasinya dia pasang sedikit longgar dari tempatnya agar menambah kesan bahwa dia bukanlah laki-laki yang culun.
"Naruto, hampir setiap pagi kamu membuat keributan di rumah, apa kamu tidak pernah bosan," Minato menatap Naruto sebentar dari meja makan lalu meneruskan kegiatannya untuk membaca koran pagi.
"Maafkan aku, Ma, Pa," Naruto hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya dengan cengiran khasnya.
"Sebenarnya kamu melakukan apa di kamarmu?" tanya ibunya sambil berkacak pinggang di depan anaknya itu.
Seketika itu juga, cengiran Naruto berhenti menghiasi wajahnya dan mulai tergantikan oleh senyum yang tidak bisa ditebak, "tadi aku hanya mencari barang-barangku yang sudah tidak pernah kupakai selama setahun belakangan ini."
"Jadi kamu sudah memutuskannya, Naruto?" sekarang wajah Kushina juga dihiasi oleh senyum yang sama persis dengan senyuman Naruto.
"Tentu saja. Aku pasti akan mengikuti kalian berdua karena kalian adalah orangtuaku,"
"Keputusanmu itu memang benar, Naruto," kali ini Minato juga memasang sebuah senyum di wajah tampannya itu.
"Baiklah, aku berangkat dulu. Dah Mama, Papa," Naruto segera keluar dari rumahnya yang bisa dibilang sangat megah ketimbang rumah yang berada di sekitarnya.
.
(o^o)
.
Koridor Konoha Senior High School sudah dipenuhi oleh siswa-siswi yang berlalu lalang. Ada yang sedang bergosip, itu adalah hal yang wajib bagi para siswi. Ada yang meminjam pekerjaan rumah temannya, sesuatu hal yang biasa dilakukan oleh siswa-siswi pemalas. Ada juga sebagian dari mereka yang hanya berjalan-jalan sambil menikmati udara pagi. Hanya sebagian kecil dari mereka yang pagi itu sedang membaca buku.
"Pagi ini membosankan sekali, tidak ada sesuatu hal yang menarik, huoamm," celoteh seorang anak kelas 11-E yang bernama Shikamaru Nara. Dia sekarang sedang berada di kelasnya sambil membenamkan kepalanya di atas mejanya.
"Teman-teman, aku punya kabar baru," teriak Ino Yamanaka, salah satu biang gosip di sekolah itu.
"Wei Ino. Pagi-pagi gini, kau sudah buat ribut," balas Kiba tidak kalah keras dari Ino.
"Yang penting, kalian semua harus mendengarkan aku. Mengerti?" lanjut Ino sambil berdiri di depan kelas. Membuat Shikamaru terpaksa bangun dari tidurnya karena mendengar kegaduhan di kelasnya itu.
"Memangnya ada sesuatu yang terjadi hah?" tanya Sakura, salah satu siswi di kelas itu.
Ino hanya mengangguk, raut mukanya mulai menampakkan raut muka cemas, takut sekaligus khawatir. "Dua hari yang lalu ada buronan yang kabur dari penjara, kan?"
"Iya, memang ada. Kalau tidak salah ingat namanya Deidara, kan?" jawab Chouji sambil memakan keripik kentang yang selalu menemaninya ke mana saja.
"Memangnya ada apa dengan orang yang bernama Deidara itu?" tanya Tenten yang mulai tertarik dengan pembicaraan ini.
"Kabarnya tadi malam, dia telas ditemukan dalam keadaan tewas di atas rel kereta api yang berada di Ame sekitar pukul duabelas,"
"Bukannya malah bagus kalau dia meninggal, sehingga masyarakat Konoha tidak perlu lagi was-was akan adanya buronan yang berkeliaran di sekitar mereka, bukan?" celoteh Shino tiba-tiba sementara siswa yang lain hanya bisa menatap Shino dengan tatapan tidak percaya. Pasalnya, anak pecinta segala jenis serangga ini jarang sekali berbicara panjang lebar seperti itu.
"Memang sih, tapi bukan itu inti dari berita ini,"
"Lalu apa?" Tenten semakin dibuat penasaran oleh sahabatnya itu.
"Jadi begini," Ino menarik nafas dulu sebelum melanjutkan kata-katanya. "Di atas mayat Deidara ditemukan selembar surat yang bertuliskan seperti ini," lanjutnya sembari mengeluarkan potongan surat kabar dari saku roknya.
"Memangnya di situ tertulis apa? Kau jangan membuatku penasaran, Ino!" Sakura mulai sedikit tertarik.
"Tertulis seperti ini 'Aku telah membunuh orang ini karena kepolisian Konoha telah gagal dalam mengeksekusi penjahat ini sehingga aku terpaksa mengeksekusinya di sini...tertanda...*Blue Light*..' Begitulah bacaan yang tertera dalam surat itu dan kalian tahu kan apa arti dari semua ini?"
Terlihat hampir semua siswa di kelas itu menelan ludah setelah mendengar berita dari biang gosip di sekolah itu.
"Ja..jadi The Se..seven Li..light itu ma..masih hi..dup," suara Sakura mulai terdengar mirip seperti suara Hinata.
"Ya mungkin saja, tapi itu belum tentu benar. Bagaimana kalau itu hanya sebuah surat yang dibuat oleh orang iseng saja," tanggap Sasuke yang sedari tadi hanya diam saja dengan satu earphone ipod di telinga kirinya.
"Bukannya kelompok itu dikabarkan sudah ditangkap dan dihukum mati setahun yang lalu," kali ini giliran Kiba yang angkat bicara.
"Itu yang dikatakan oleh kepolisian Konoha, sedangkan kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi setahun yang lalu," Sakura mulai berani bersuara.
"Bisa saja kepolisian Konoha sengaja membohongi kita agar masyarakat tidak khawatir lagi akan keberadaan sebuah organisasi yang tidak jelas tujuannya itu," Tenten juga mulai menganalisa kejadian ini.
"Jadi organisasi itu masih hidup dan sekarang mereka mulai melancarkan aksi mereka lagi?" tanya Ino yang mulai ketakutan.
"I..itu mung..kin sa..saja Ino," jawab Hinata terbata-bata.
"Kita lihat saja, setelah ini apa yang akan terjadi," Sasuke pun mengakhiri pembicaraan ini.
BRAAKK!
Tiba-tiba saja, pintu kelas itu dibuka oleh salah seorang siswa dengan cukup keras.
"Naruto, ada apa sih? Baru masuk, sudah bikin kaget. Hampir saja, aku terkena serangan jantung," keluh Ino.
"Ah maaf. Aku pikir aku sudah terlambat. Di koridor tidak ada orang sih," geramnya. "Kalian kenapa? Muka kalian terlihat seperti baju yang belum disetrika," tambah Naruto sembari berjalan ke arah tempat duduknya yang terletak di sebelah kiri tempat duduk Hinata sekaligus terletak di belakang tempat duduk Sasuke. Semua siswa di Konoha Senior High School memang duduk sendiri-sendiri.
"Hanya ada kabar yang sedikit mengejutkan,"
"Kabar apa?" tanya Naruto.
"The Seven Light ternyata masih hidup," lanjut Ino.
"The Sev..seven apa? Aku tidak pernah dengar nama itu. Memangnya itu nama apa?" tanya Naruto pura-pura tidak mengerti.
"APA? KAU TIDAK TAHU NAMA ITU?" teriak Sakura, Ino, Tenten dan Kiba bebarengan.
"Kalian kenapa sih? Telingaku jadi sakit tahu,"
"Yah, aku heran saja. Apa benar kau tidak tahu apa itu The Seven Light?" tanya Sakura.
Naruto hanya menjawabnya dengan gelengan kepala. Walau dia sebenarnya sangat jelas mengetahui apa itu The Seven Light.
'Lagi-lagi, kau berpura-pura menjadi orang bodoh, Dobe,' gumam Sasuke dalam hati.
Tenten mulai angkat bicara, "aku beritahu ya, The Seven Light adalah sebuah organisasi di dunia hitam yang tidak memiliki tujuan yang jelas. Organisasi ini memiliki anggota sebanyak tujuh orang sesuai dengan namanya. Dan orang-orang sampai sekarang masih belum mengetahui siapa mereka semua, bahkan detective dari kepolisian Konoha kesulitan menangkap mereka,"
"Ketujuh orang itu selalu memakai jubah dan topeng saat beroperasi sehingga para polisi tidak bisa mengenali mereka, bahkan rambut mereka pun tidak terlihat karena tertutupi jubah. Warna jubah dan topeng mereka sama seperti warna pelangi yaitu, merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Aku juga sempat mendengar bahwa mereka bertujuh memiliki pemimpin yang memberi perintah pada mereka semua," lanjut Sakura.
"Mereka mulai beroperasi sejak tiga tahun lalu. Saat itu mereka selalu mencuri permata bersejarah di setiap negara, entah apa yang mereka lakukan pada permata itu. Setiap selesai beroperasi, mereka selalu meninggalkan sebuah surat," tambah Ino.
"Tapi, setahun yang lalu, polisi Konoha memberi kabar bahwa mereka telah berhasil menangkap dan membunuh ketujuh orang tersebut. Aku pikir setelah itu, polisi Konoha akan memberitahukan identitas mereka. Tapi, mereka hanya menutup mulut dan tidak mau berbicara apa-apa. Pada saat itu, aku memang sempat merasa lega. Tapi, setelah kejadian pembunuhan ini, aku menjadi khawatir, khawatir kalau mereka bertujuh masih hidup sampai sekarang," tambah Kiba.
"Dan nama mereka bertujuh adalah Red Light, Orange Light, Yellow Light, Green Light, Blue Light, Indigo Light dan Purple Light," Sakura pun mengakhiri cerita tersebut.
Sedangkan Naruto, dia sudah tertidur di atas mejanya karena mendengar ocehan empat temannya itu.
"NARUTO, KAU MENYEBALKAN," teriak Sakura, Tenten dan Ino kompak.
TEET! TEET!
Tidak lama kemudian, terdengarlah bel Konoha Senior High School yang memberi tanda kepada seluruh siswa untuk segera masuk ke kelasnya masing-masing. Spontan, Naruto dan Shikamaru segera bangun dari kegiatan tidur paginya. Pantas saja, sejak tadi Shikamaru tidak ada berbicara, ternyata dia sudah tertidur terlebih dahulu sebelum Ino memberitahukan berita yang dia dapat.
'Kau hebat, Teme!' batin Naruto sambil memandang punggung orang yang duduk di depannya.
Beberapa menit kemudian, masuklah seorang guru ke kelas tersebut. Guru yang memiliki rambut berwarna keperakan dengan wajah yang setengahnya ditutupi masker hitam.
"Pagi semua," sapanya.
"Pagi," jawab seluruh siswa dengan nada malas.
"Guru Kakashi kenapa? Tumben masuk kelas tepat waktu?" Kiba merasa aneh dengan gurunya yang satu ini.
"Tidak ada apa-apa, sekarang kita lanjutkan pelajaran kemarin,"

Chapter 1 -the end-

0 komentar:

Posting Komentar

Cara mudah berkomentar:
1. Isi kolom komentar
2. Pilih berkomentar sebagai anonymous
3. Publikasikan
:)
put u'r comment here.