English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translete Menu
Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info

-Total Readers-

Don't Be a Silent Readers, Put Your Comment Here :)

Senin, 02 Januari 2012

The Seven Light Chapter 3

.
.
.
Disclaimer:
Naruto dengan karakter-karakternya milik Tuan Masashi Kishimoto
.
.
The Seven Light milik saya aka Tania Namikaze
(AU, sedikit OOC, mungkin ada typo, dll)
.
.
Summary:
Setelah setahun menghilang, The Seven Light akhirnya kembali. Organisasi yang berisikan tujuh orang berbakat dengan satu pemimpin itu mulai melakukan pembunuhan yang tidak jelas tujuannya. Apa yang akan terjadi pada organisasi ini jika salah satu anggotanya mulai berpikirann untuk melenyapkan organisasi tersebut?
.
.
.
Chapter Sebelumnya:
.
.
.
Drrt! Drrt! Drrt!
Handphone milik gadis Hyuuga itu bergetar di dalam tasnya.
'Ada pesan,' batinnya. Dia segera mengambil handphone miliknya dan memencet salah satu tombol. Layar handphone itu segera menampilkan sebuah pesan yang berisi:
Nanti malam jam 10, jangan terlambat.
.
.
From: P.L.
"Ada rapat ya," gumamnya. Jemari-jemari lentiknya sekarang mulai bekerja dengan cepat di atas keyboard handphonenya berusaha menghapus pesan yang baru saja dia terima.
.
.
.
"Hinata, soal organisasi Seven Light itu, aku dengar kau memilih bergabung lagi ya?"
"Iya, lagipula sejak organisasi ini dibentuk, aku memang termasuk salah satu anggotanya, kan? Bagaimana dengan dirimu?" kalau pembicaraan mulai ke arah sini, maka kegagapan Hinata pun akan otomatis menghilang.
"Aku juga kembali bergabung sama seperti yang lain, tidak ada anggota baru," sahutnya. "Hm Hinata, boleh aku tahu apa alasannya kau bergabung kembali?"
"Itu.." kata-kata Hinata terhenti sejenak. Sedangkan Naruto masih dengan sabar menunggu jawaban dari sahabatnya itu.
"Itu karena aku ingin menjadi orang yang tidak lemah, aku tidak ingin menjadi Hinata yang dulu. Hinata yang selalu saja menangis, Hinata yang selalu saja minta pertolongan kepadamu dan Kak Neji. Aku tidak ingin menjadi Hinata yang seperti itu. Aku ingin berubah. Hanya itu," sahutnya panjang lebar.
.
.
.
"Kau sendiri? Mengapa kau memutuskan untuk bergabung kembali?" kali ini giliran Hinata yang bertanya.
"Oh itu. Mm..itu karena aku.." Naruto diam sebentar. 'Karena aku dengar kau bergabung kembali dan aku memutuskan untuk ikut bergabung. Itu semua kulakukan agar bisa melindungimu, melindungi gadis yang sejak dulu sangat aku cintai,' sahut Naruto dalam hati.
.
.
.
Chapter 3
Hari ini, sang matahari sudah mulai pulang ke singgasananya yang menyebabkan langit berwarna kemerahan, sungguh sangat cantik. Pemandangan yang sangat indah untuk menarik perhatian sang dewi malam agar muncul ke langit menggantikan sang raja siang.
Suasana di luar memang sangat indah. Tapi tidak untuk suasana di dalam gedung. Suasana di gedung itu begitu mencekam.
"Neji! Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya setahun yang lalu organisasi itu sudah tewas semua," bentak seseorang.
"Maaf komandan, aku sendiri juga tidak mengerti dengan keadaan ini ," orang bernama Neji Hyuuga itu menjawab dengan sekenanya.
Yah, Neji Hyuuga. Dia adalah seorang detektive di kepolisian Konoha yang berumur duapuluh tahun sedangkan orang yang berdiri di hadapannya bernama Itachi Uchiha. Laki-laki yang berumur lebih tua tiga tahun dari Neji ini menjabat sebagai komandan kepolisian Konoha di divisi kasus pembunuhan berantai.
"Sepertinya kita, kepolisian Konoha, sudah tertipu setahun yang lalu. Mungkin saja itu bukan mayat mereka bertujuh,"
"Bukannya yang membunuh mereka itu anggota kepolisian kita?" Itachi tidak mengerti dengan yang dimaksud oleh Neji.
"Bukan. Sebenarnya yang menyatakan dari telah membunuh mereka itu bukanlah anggota kepolisian kita. Dia sebenarnya bawahan dari The Sevan Light dan menyamar menjadi polisi untuk menjebak kita semua. Semua itu terbongkar enam bulan yang lalu. Tapi, kami merahasiakannya kepada masyarakat termasuk kepada anda,"
"Lalu setahun lalu itu mayat siapa?"
"Aku sendiri tidak tahu. Sepertinya mereka menggunakan mayat orang lain untuk mengelabui kita. Saat itu kita percaya mayat itu adalah mereka karena mayat ketujuh orang itu menggunakan jubah dan topeng yang sering dipakai oleh The Seven Light,"
"Itu berarti kita telah salah menangkap dan membunuh orang?" selidik Itachi.
"Bukan. Aku dan anak buahku tidak pernah membunuh mereka. Aku menemukan mereka bertujuh sudah dalam keadaan tewas. Dan polisi yang saat itu berada di dekat ketujuh mayat itu adalah Aoba,"
"Jadi Aoba adalah bawahan mereka?" Neji hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari komandan polisi itu.
"Lalu sekarang Aoba di mana?"
"Dia kabur dari penjara sebulan yang lalu dan mungkin saja sekarang dia sudah tewas dibunuh oleh The Seven Light,"
"Jadi kita tidak memiliki satu pun petunjuk kali ini?" kata Itachi frustasi.
"Kalian berdua jangan berpikiran seperti itu. Kita masih punya satu petunjuk," ucap seseorang yang tiba-tiba saja muncul.
"Hah, aku pikir kau tidak akan datang ke mari, Hana," celoteh Itachi.
"Mana mungkin aku tidak datang,"
Hana Inuzuka. Gadis yang berumur duapuluh tiga tahun ini adalah salah seorang anggota kepolisian Konoha. Dia merupakan bawahan Itachi yang bertugas untuk melatih anjing pelacak di kepolisian Konoha.
"Nona Inuzuka, maksud Anda apa? Tadi Anda mengatakan bahwa kita masih memiliki petunjuk. Petunjuk apa?" tanya Neji sesopan mungkin.
"Kau lupa ya? Yang kumaksud itu Hatake Kakashi. Bau orang itu sempat tercium dari tempat kejadian setahun yang lalu pada saat kita menemukan tujuh mayat yang sebenarnya bukan mayat The Seven Light itu,"
"Tapi, itu mungkin saja karena dia sempat lewat di tempat kejadian kemarinnya bukan?" tanya Itachi.
"Memang mungkin ada kemungkinan seperti itu. Tapi, kita harus tetap menyelidikinya. Karena kita sudah tidak memiliki petunjuk lagi, bukan begitu, Neji?" Hana kali ini menatap juniornya saat ia berkuliah di salah satu fakultas hukum.
"Benar, sebaiknya tetap diselidiki saja," sahut Neji menyetujui wanita yang ada di hadapannya.
"Karena itu, aku sudah menyiapkan mata-mata di sekolah tempat Kakashi bekerja,"
"Siapa?" tanya dua orang lelaki yang berada di sana secara bebarengan.
"Adikku, Kiba Inuzuka dan salah satu detektive dari Suna yang bernama Shizune. Kiba di situ memang sebagai siswa sehingga dia akan lebih mudah untuk menyelidiki Kakashi dan orang-orang di sana pasti tidak ada yang mencurigai dia. Untuk Shizune, dia baru saja diterima sebagai pengawas ruang kesehatan. Dengan begitu, kita bisa mengawasi gerakan Kakashi selama dia bekerja. Selama dia tidak bekerja, biar aku dan anak buahku yang memata-matainya,"
"Hana, apa kau yakin adikmu yang bernama Inuzuka Kiba itu bisa menjalankan tugas ini? Dia itu masih seorang pelajar, tidak mungkin menjalankan tugas sepertimu,"
"Tenanglah, Itachi. Dia itu cukup hebat dalam hal mengintai. Ada beberapa kasus yang berhasil aku selesaikan berkat bantuannya,"
"Seingatku, Kiba itu sekelas dengan adik sepupuku yang bernama Hinata. Apa aku perlu meminta Hinata untuk membantu menyelidiki Kakashi Hatake?"
"Hal itu tidak perlu dilakukan, Neji. Kurasa Kiba dan Shizune saja sudah cukup. Ditambah lagi, aku mencurigai bahwa The Seven Light itu kemungkinan besar berada di sekitar Kakashi. Aku jadi khawatir jika adik sepupumu itu ikut membantu, dia bisa saja terluka,"
"Yah, baiklah. Entah apa yang aku pikirkan, sampai-sampai aku mengajukan usul seperti itu," Neji pun mengalah karena tidak mungkin dia membahayakan keselamatan adik sepupunya itu.
"Ada hal lain yang ingin kau sampaikan, Hana?" Itachi kini menatap wanita yang dulu sempat mengisi hatinya.
"Kurasa tidak ada," sahut wanita pecinta anjing itu.
"Baiklah, rapat kali ini kita sudahi saja. Aku mau pulang, sudah hampir jam tujuh malam," Neji pun pergi meninggalkan kedua atasannya tersebut.
.
(o^o)
.
Di rumah keluarga Hyuuga, terlihat seorang laki-laki bermata lavender sedang memarkirkan mobil berwarna merahnya di dalam garasi.
"Sepertinya Kak Neji sudah pulang," guman seorang gadis dari kamarnya yang berada di lantai atas karena mendengar suara mobil memasuki rumahnya. 'Saatnya mencari informasi,' batinnya.
"Wah..Kak Neji sudah pulang," teriak Hanabi sembari memeluk kakak sepupunya itu.
Neji memang tinggal di rumah pamannya, Hiashi Hyuuga, saudara kembar dari ayahnya yang sudah meninggal. Pamannya memiliki dua orang anak perempuan yang sudah dia anggap sebagai adik kandungnya sendiri yaitu Hinata dan Hanabi.
"Iya, kakak baru pulang. Bagaimana sekolahmu tadi?" tanya Neji sembari mengacak-ngacak rambut Hanabi.
"Ya, seperti biasa, tidak ada perubahan," Hanabi melepas pelukannya.
"Aku yakin Kak Neji sekarang pasti sangat sibuk gara-gara kemunculan organisasi itu, kan?" tanya Hinata yang baru saja turun dari kamarnya.
"Ya, seperti itulah. Rapat tadi sangat menjengkelkan,"
"Kenapa kakak tidak menceritakannya kepada kami saja seperti biasa. Agar beban Kak Neji berkurang. Mungkin saja aku dan Kak Hinata bisa memberi masukan," saran Hanabi.
"Kalau begitu. Kita berceritanya sambil makan malam ya?"
"Iya," sahut Hanabi riang.
Hinata sedang berusaha mencari informasi di kepolisian lewat kakak sepupunya. Pekerjaan yang ia lakukan sama dengan pekerjaan yang sedang dilakukan oleh si bungsu Uchiha. Dia sedang berusaha mencari informasi lewat kakaknya, Itachi. Berbeda dengan mereka, Shikamaru dan Naruto sedang berusaha menyusup ke dalam komputer kepolisian yang ada di pusat dengan menggunakan program yang berhasil mereka kembangkan selama satu minggu belakangan ini.
.
(o^o)
.
Jam dinding di sebuah bangunan yang terletak di dekat hutan Konoha sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Di sana terlihat ada beberapa orang yang sedang berkumpul. Ada enam orang yang berada di tempat itu. Lima di antaranya memakai jubah dan topeng sedangkan yang satu lagi sedang duduk di atas kursi sambil menatap lima orang yang berdiri di hadapannya.
"Kenapa kalian hanya berlima? Orange dan Green di mana?" tanya seseorang yang sedang duduk di atas kursi. Wajahnya tidak terlihat karena ruangan itu memang gelap, hanya rambut perak orang itu saja yang berhasil diterangi oleh sang dewi malam dengan cahayanya yang redup.
"Maaf Tuan, saya tidak tahu mereka berdua di mana?" sahut seseorang yang memakai jubah dan topeng berwarna ungu.
"Kebiasaan yang buruk, mereka berdua suka sekali datang terlambat," giliran pemakai jubah dan topeng biru yang berbicara.
"Sudah, kita tunggu saja mereka berdua,"
Beberapa menit kemudian, masuklah dua orang yang memakai jubah dan topeng berwarna oranye dan hijau.
"Orange, Green, kalian berdua ke mana saja?"
"Maaf, tadi kami baru saja selesai menyusup ke komputer di kepolisian. Dengan begitu, kita dapat dengan mudah membebaskan tahanan yang ingin kita bebaskan," sahut sang Orange.
"Lagipula, semua penjara di seluruh negeri ini menggunakan sistem yang sama. Dan kami sudah berhasil menyusup ke dalam sistem tersebut," tambah Green Light.
Memang benar, seluruh penjara di sana tidak memakai kunci biasa untuk membukanya. Untuk membukanya kita perlu memasukkan suatu sandi ke komputer pusat dan setiap sel penjara memiliki sandi yang berbeda.
"Kerja kalian berdua sangat bagus," pria yang sedang duduk itu merasa sangat senang dengan kerja anak buahnya. "Selain itu, apa ada hal lain yang kalian dapatkan? Bagaimana dengan kalian? Blue? Indigo? Apa kalian berhasil mendapatkan informasi dari kakak-kakak kalian?"
"Ya," sahut mereka kompak.
"Sepertinya kepolisian Konoha sedang mencurigai seseorang dan mereka telah menyiapkan mata-mata untuk menyelidiki orang tersebut," lapor Blue Light.
"Yang menjadi mata-mata adalah Kiba Inuzuka dan Shizune. Lalu, orang yang mereka curigai adalah Hatake Kakashi," lapor Indigo Light.
Sontak, semua orang di sana terkejut mendengar laporan dari Indigo dan Blue. Tentu, Indigo dan Blue tidak ikut terkejut seperti yang lain.
"Hh..begitukah? itu berarti aku harus berhati-hati, ya?" tanggap seseorang yang sedang duduk tersebut.
"Lalu, tugas kali ini apa?"
"Baiklah, Orange dan Green. Kalian berdua tolong bebaskan tahanan yang bernama Hidan dan Kakuzu di penjara Kumo. Mereka berdua seharusnya dihukum mati dua bulan yang lalu. Jadi, aku minta kalian membunuhnya," terang ketua mereka yang sedang duduk tersebut.
"Kapan dan di mana, kami harus membunuhnya?" Yellow Light mulai bertanya.
"Yellow Light dan Red Light, kalian berdua yang harus membunuh Hidan malam ini tepat jam duabelas malam, lalu letakkan mayatnya di atas rel kereta api yang ada di Kumo, mengerti?" terlihat Red dan Yellow menganggukan kepala mereka.
"Lalu, yang membunuh Kakuzu adalah Blue, Indigo dan Puple. Kalian membunuhnya besok tepat jam duabelas malam, letakkan mayatnya di atas rel kereta api yang ada di Ame. Dan ingat, seperti biasa letakkan surat di atas kedua mayat tersebut," lanjut sang ketua.
"Baik, kami mengerti," sahut ketujuh orang tersebut atau lebih tepat disebut The Seven Light.
Akhirnya, mereka semua mulai berkerja sesuai yang diperintahkan sang ketua.
.
(o^o)
.
"Orange Light, seingatku Hidan dan Kakuzu berada di penjara yang sama, penjara nomor tujuhpuluh dua di Kumo," beritahu Green kepada Orange.
Mereka berdua sekarang berada di ruang bawah tanah yang letaknya di bawah gedung pertemuan tadi. Sang ketua sudah pergi setelah ia memberi perintah sedangkan kelima teman mereka sedang menjalankan tugas yang diperintahkan.
"Ya, ya, aku tahu," sahut pemuda pemakai jubah oranye itu sambil mengutak-ngatik komputer yang ada di depannya.
Ruangan tempat mereka berdua berada dilengkapi dengan banyak sekali komputer dan alat canggih yang lain. Tapi, penerangan di sana hanya menggunakan lilin sehingga menambah kesan menyeramkan di ruang tersebut.
"Berhasil! Kodenya 5A1B, cepat kirim ke komputer pusat," perintah Orange Light.
"Sudah ku kirim. Dengan ini tugas kita sudah selesai bukan?"
"Iya, sudah selesai. Aku mau pulang duluan. Hari ini, kau saja yang merapikan ruangan ini, Green!"
"Yah, baiklah. Walau ini sangat merepotkan,"
"Sudah, kau jangan banyak mengeluh. Baiklah, aku pergi,"
Baru saja Orange akan melangkahkan kakinya keluar ruangan itu, Green menghalanginya dengan berdiri di depan pintu masuk yang juga merupakan pintu keluar.
"Ada apa lagi?"
"Aku itu sudah bersahabat sejak kecil denganmu. Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu, Naruto," ucap sang pemakai jubah hijau.
"Jangan memanggilku dengan nama itu jika sedang berada dalam situasi dan kondisi seperti ini, Green. Sekarang, sebaiknya kau segera menyingkir dari sana,"
"Kau jangan mengubah topik pembicaraan. Aku tahu apa yang kau inginkan, sebenarnya aku pun-" tiba-tiba pemakai topeng oranye memotong perkataan Green Light.
"Kau jangan banyak bicara. Cepat menyingkir dari situ," perintahnya sedikit membentak.
Dengan terpaksa, Green memberikan jalan bagi sang Orange Light untuk pergi dari ruangan itu. Baru saja, Orange berjalan beberapa langkah. Green Light lagi-lagi berbicara, "aku tahu apa yang sedang kau pikirkan, Naruto,"
"Sudah kukatakan, kau ja-" belum selesai Orange berbicara, Green memotongnya.
"Jika kau memerlukan bantuanku, katakan saja padaku. Aku akan mengikuti jalanmu, Naruto,"
"Aku tidak mengerti dengan yang kau bicarakan, Green. Sebaiknya kau beristirahat, bicaramu itu ngelantur," akhirnya, Orange Light berhasil pergi dari tempat itu.
'Kau sangat pandai bersandiwara, Naruto. Tapi, sayangnya kau tidak akan pernah bisa membohongiku,' gumam Green Light dalam hati.
.
.
Chapter 3 -the end-

0 komentar:

Posting Komentar

Cara mudah berkomentar:
1. Isi kolom komentar
2. Pilih berkomentar sebagai anonymous
3. Publikasikan
:)
put u'r comment here.